Kolom Sri Nanti: BIBIT KEBENCIAN ITU BERNAMA GENERALISASI

Suatu saat, jika ada masalah di pendidikan non formal atau di asosiasi non formal (semoga tidak, ya), saya yakin foto-foto seperti ini akan tayang di sosmed dengan caption, “Ooo ternyata kampret, pantes bikin ulah…”.

Saya punya banyak teman baik yang kemarin berbeda pilihan dengan banyak alasan.

Ada yang pengen pajak motor gratis. Ada yang pengen gajinya naik. Ada yang pengen korupsi dikit gak apa-apa. Ada yang pengen beban kerjanya nggak banyak biar bisa nyambi kerja lain. Ada yang pengen punya presiden ganteng.

Ada yang pengen sembako murah. Ada yang pengen listrik dan BBM disubsidi banyak-banyak. Dan lain-lain. Tergantung seleralah, namanya juga demokrasi. Nggak melulu karena bela agama atau karena anti Pancasila.

Sekarang mereka sudah move on menerima siapa yang menang dengan riang dan gembira lalu lanjut berkarya mendukung program-program pemerintah dengan suka cita.

Jadi, orang-orang yang berbeda pilihan politik atas nama demokrasi jangan digeneralisasi sebagai pendukung radikalisme, anti Pancasila atau kejahatan lainnya. Itu tidak bijak ya, Sayang!

Ini salam kami… Salam kompetensi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.