Kolom Asaaro Lahagu: Ahok Dijatuhkan, Terus Ditarik Jatuh, Tetapi Masih Belum Jatuh?

Asaaro LahaguStatistik usaha pelengseran Ahok tiga bulan terakhir ini semakin naik, marak, intens dan sangar. Harus diakui bahwa usaha-usaha berbagai pihak untuk menjegal Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta semakin bergemuruh. Pun usaha keras dan mati-matian para lawannya untuk menjegal Ahok masuk dalam bursa Cagub dalam Pilkada 2017 semakin sengit. Alasannya sangat jelas dan amat jelas. Selain Ahok double minoritas, Ahok juga dicap kasar, sombong, pongah, semena-mena dalam menggunakan jabatannya.

Sepak terjang Ahok dalam menata ibu kota dan birokrasi Pemrov DKI sungguh gaduh, hingar-bingar, menyita emosi, menyayat hati lawannya, mengiris jantung musuhnya, membanting rekannya di DPRD, menggetarkan para pengusaha. Soal kompetisi merebut DKI-1 pada Pilkada mendatang, Ahok terus menabuh genderang perang, menantang lawannya, menyemprit musuhnya dan membuka front perseteruan baru. Semuanya menimbulkan kontroversi.

Ahok jelas memang sosok yang sangat kontroversial. Dia mencari musuh dan menciptakan musuh. Setelah ia menciptakan musuh, dia maju menghajar musuhnya dengan gagah berani. Ia tidak takut, termasuk mati sekalipun. Hebatnya ia membutuhkan musuh untuk menguji terus dirinya. Jabatannya sebagai gubernur DKI Jakarta sebagai taruhannya. Baginya, jika ia dipecat, dijegal, dijatuhkan atau dilengserkan oleh para musuhnya, ia sudah siap dengan kata: ‘nothing to loss’, termasuk nyawanya.

Ahok 39Ahok jelas telah menemukan garis hidupnya sekaligus garis nasibnya. Ia telah menciptakan arena perangnya yang hebat di DKI Jakarta. Sebagai Gubernur di ibu kota, Ahok terlihat menikmati pertarungannya. Ia bagai prajurit Romawi yang bertarung di Colloseum, berlaga dan menyelesaikan pertarungan hingga titik darah penghabisan. Ketika prajurit Romawi mati di arena laga, mereka pun bangga, bangga mati secara ksatria. Kisah heroik para ksatria Romawi bertanding, mengguncang sejarah umat manusia sejak ribuan tahun yang lalu.

Jika Yusril Ihza Mahendra berguyon bahwa Ahok itu sakti, mungkin ada benarnya. Tiap detik, ribuan orang berusaha menjatuhkan Ahok. Anehnya sampai sekarang, ia masih belum jatuh. Ia terus ditarik jatuh, tetapi tidak jatuh atau sekurang-kurangnya masih belum jatuh. Hebatnya orang yang berniat menjatuhkannya bahkan lebih duluan jatuh. Lalu, siapa-siapa yang ingin menjatuhkan Ahok dan ternyata terpental duluan? Mari kita lihat satu per satu.

Kasus terakhir adalah soal izin reklamasi Teluk Jakarta. Ahok sangat tegas, bahwa ia tetap keras kepala melanjutkan reklamasi. Ia pun telah mengeluarkan izin yang bagi banyak pihak kontroversial. Tak kurang Menteri Susi ikut menyemprot Ahok yang mencaplok wewenangnya. Para anggota DPRD DKI Jakarta bersama Ormas terus mempersoalkan izin Ahok itu. Mereka mencap Ahok sebagai Gubernur yang melanggar peraturan, menabrak peraturan dan terlibat KKN sampai ia dicap sebagai Gubernur Agung Podomoro. Hasilnya?

Muhammad Sanusilah yang duluan jatuh bersama Presdir Agung Podomoro, Ariesman Widjaja. Kedua orang ini sudah ditetapkan KPK menjadi tersangka. Kemungkinan besar, orang-orang itu akan menghuni hotel prodeo untuk sekian tahun ke depan.

Terkait Menteri Susi yang merasa dicaplok wewenangnya oleh Ahok, telah diluruskan oleh Seskab Pramono Anung. Pramono mengatakan wewenang izin reklamasi merupakan wewenang pusat namun sudah didelegasikan kepada Gubernur Ahok. Pendelegasian itu hanya berlaku khusus di DKI Jakarta. Sepertinya izin kontroversial yang dikeluarkan Ahok pun selesai. Tinggal menunggu gugatan pihak-pihak yang belum puas terkait wewenang itu. Usaha untuk menjatuhkan Ahok terkait izin reklamasi itu pun terlihat mental.

Ahok 40
Ahok disambut oleh ibu-ibu asal Indonesia Bandara Schiphol, Amsterdam.

Kasus Sumber Waras yang menjadi arena untuk menjatuhkan Ahok sebelumnya, sampai sekarang hasilnya masih di luar harapan para lawan Ahok. Malahan Kepala BPK DKI RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta yang sebelumnya sangat getol menyerang Ahok, justru dicopot dari jabatannya oleh BPK RI Pusat. Efdinal ketahuan memiliki konflik kepentingan atas audit BPK untuk pembebasan lahan di TPU Pondok Kelapa. Pun para petinggi KPK lama yang diyakini berbagai pihak akan menetapkan Ahok sebagai tersangka, malah terdepak semuanya dari kursi pimpinan KPK. Tak ada pimpinan KPK lama yang dipilih oleh komisi III DPR tahun lalu itu. Hebatnya KPK baru justru menegaskan bahwa Ahok masih belum terbukti terlibat korupsi di Sumber Waras.

Lalu, bagaimana dengan kasus dana siluman APBN DKI dan kasus Bus Transjakarta yang berkarat? Dua kasus itu telah membuat lawan Ahok yang ngotot menjatuhkannya justru jatuh duluan. Alex Usman dan Zaenal Soleman dari eksekutif yang ternyata ikut bermain dengan DPR menjadi tersangka. Rekan Lulung di DPRD, Firmasnyah dan Fahmi Zulkifar malah yang lebih duluan jatuh menjadi tersangka Bareskrim Polri. Terkait Kasus bus berkarat Transjakarta, Udar Pristono yang gencar menuding Ahok harus bertanggunjawab, justru dihukum di MA 13 tahun oleh hakim sangar Artijo.

Usaha-usaha hebat FPI yang sangat ingin menjatuhkan Ahok juga belum berhasil. Saat FPI mendemo Ahok secara anarkis pada tahun 2014 yang lalu, justru ada 21 anggota FPI yang ditangkap dan menjadi tersangka polisi. Demo FPI minggu lalu yang memaksa KPK agar menetapkan Ahok sebagai tersangka, juga belum berhasil. Pun FPI yang mengklaim dirinya sangat bertaqwa dan berimana ini serta sangat kuat berdoa, justru doanya belum berhasil dalam usaha menjatuhkan Ahok.

Terkait persaingan para calon Gubernur DKI Jakarta dalam Pilkada 2017 mendatang, pun para calon Ahok mulai berguguran. Muhammad Sanusi yang mengklaim dirinya sebagai calon yang bersih ternyata menjadi tersangka KPK. Ahmad Dhani yang maju menantang Ahok, terlihat stress karena tidak kunjung diumumkan oleh PKB sebagai calon Cagub. Pun Yusril yang telah ke sana ke mari mencari dukungan partai, masih harap-harap cemas apakah ada partai yang mau mengusungnya. Bahkan Ahmad Dhani dan kakak Yusron terpaksa melemparkan isu SARA hanya untuk menghentikan langkah Ahok yang hari ini (7/4) jumlah KTP yang terkumpul sudah mencapai 478.000 dari 532.000 KTP yang disyaratkan KPU.

Tentu saja pertanyaannya, mengapa Ahok tidak jatuh-jatuh bahkan begitu banyak usaha yang telah dilakukan untuk menjatuhkannya? Mungkin perlu didengar kembali ucapan Ahok bahwa ia telah rela mati menegakkan konsitusi. Ia berani mati untuk membela Pancasila dan tidak mengkhianati sumpahnya. Tampaknya Ahok telah memiliki karakter sebagaimana diucapkan Martin Luther King Jr. “Tempat yang paling panas di neraka disiapkan bagi orang-orang yang mengambil sikap netral dalam masa berlangsungnya konflik moral.”




Ahok ingin selalu mengambil sikap, suatu posisi (stand-point) yang jelas, hitam atau putih. Ahok tidak berada pada posisi remang-remang. Wajah kualitas kancah perpolitikan saat ini tak bisa dipungkiri, banyak dihiasi para pemain politik yang jauh dari pintar. Ada banyak politisi mie instan tiba-tiba muncul. Sedangkan Ahok diakui oleh sebagian besar masyarakat sebagai seorang pejabat tinggi yang pintar.

Ahok terbukti masih menjunjung tinggi integritasnya. Untuk situasi Indonesia sekarang ini, integritas lebih penting dari soal gaya, soal kesantunan dalam bertutur-kata. Integritas adalah persoalan yang lebih penting. Integritas perlu didahulukan daripada kesantunan. Substansi lebih penting daripada format. Dan, inilah yang membuat Ahok masih belum jatuh sampai saat ini. Ia adalah orang yang berintegritas, menjunjung tinggi konstitusi, setia pada Pancasila (sangat care pada keadilan sosial), dan selalu mengingat sumpah jabatannya.

Jika kemudian ada banyak usaha untuk menjatuhkan Ahok, justru usaha-usaha itulah yang diinginkan oleh seorang Ahok. Ahok ingin diuji seberapa kuat dia menghadapi masalah, mengatasi masalah dan menjaga integritasnya. Tampaknya Ahok percaya bahwa seorang pemimpin sejati akan selalu dimurnikan oleh berbagai masalah. Jika demikian Ahok butuh lawan politik dan pihak-pihak yang berusaha menjatuhkannya untuk menguji kehebatannya.

Jadi, kepada para lawan Ahok, anda diminta untuk terus menyerang Ahok, mencari cara baru untuk menjatuhkannya. Jika Ahok berhasil dijatuhkan suatu hari, berarti dia bukanlah pemimpin hebat. Namun jika memang Ahok tidak berhasil dijatuhkan, berarti Ahok sudah semakin kuat. Jika demikian maka pertanyaan selanjutnya adalah jika Ahok benar, bagaimana dia dijatuhkan?




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.