Kolom Asaaro Lahagu: Ahok Hebat, Berani Resiko Tinggi, Uji Warga Jakarta, Maju Independen





Asaaro LahaguSaya sangat setuju dengan Ahok yang maju secara independen. Itu adalah keputusan jitu, keputusan berani yang mengandung resiko tinggi. Tidak banyak orang yang berani seperti Ahok. Jika sebelumnya Ahok berani tinggalkan Gerinda terkait Pilkada melalui DPRD, maka sekarang saatnya mengatakan ‘tidak’ untuk partai. Sekali lagi, maju secara independen adalah keputusan super hebat yang pernah dibuat oleh seorang Gubernur Ahok.

Keputusan maju secara independen, adalah keputusan yang mengandung resiko tinggi sekaligus menguntungkan. Ada banyak rintangan, hambatan, tantangan sekaligus celah untuk menjegal Ahok dari jalur independen. Bisa saja KPU DKI Jakarta ‘ikut bermain’ dengan para penantang Ahok lainnya. Hambatan juga bisa datang dari PDIP itu sendiri yang merasa ‘direndahkan’ oleh Ahok. Celah lainnya adalah bisa datang dari teman Ahok sendiri yang tidak mampu mengejar target. Dan yang paling fatal bisa juga datang dari Cawagub Ahok, Heru Budi Sartono, yang tiba-tiba batal menjadi wakil Ahok.

Sebaliknya jalur independen sangat menguntungkan Ahok. Lewat pengumpulan fotocopy KTP yang masif, Ahok dapat mengukur sejauh mana dukungan warga Jakarta kepadanya. Ahok bisa menguji langsung warga Jakarta, apakah ia masih diinginkan atau tidak. Bisa jadi demi seorang Ahok, masyarakat Jakarta akan berbondong-bondong mendatangi tempat pengumpulan KTP secara masif. Bila hal ini terjadi maka kita akan menyaksikan adegan yang luar biasa. Masyarakat akan bergerak sendiri demi mempertahankan gubernurnya.

Selanjutnya dengan keputusan maju secara independen, Ahok bisa sangat fokus untuk bergerak sendiri tanpa menunggu mesin dari partai politik. Ahok dan teman Ahok tidak lagi menggantungkan nasib kepada PDIP yang terlihat banyak sekali ‘tata kramanya’. Dengan keputusan  itu juga, Ahok akan sangat mungkin semakin meraih simpati warga Jakarta yang berani tidak terikat kepada partai dan lebih Ahok 15mengandalkan temannya sendiri. Itu berarti menjadi tamparan keras tersendiri bagi partai-partai politik yang masih menjaga wibawanya.

Jika Ahok kemudian berhasil menang melalui jalur independen, maka Ahok jelas di atas angin. Ahok akan meneruskan segala proyek yang sudah dimulainya di DKI tanpa perlu penyesuaian lagi. Segala macam pembenahan di birokrat, di APBD, e-budgeting misalnya, tinggal ia teruskan dan melakukan terobosan di sana sini. Ia juga sudah dikenal oleh anak buahnya. Jadi tidak ada lagi pertanyaan tentang wataknya. Maka jika Ahok berhasil menjadi gubernur untuk periode kedua kalinya, bisa dipastikan Jakarta akan menikmati keberhasilan pembangunan yang telah digagas Ahok. Lalu bagaimana kalau gagal menjadi gubernur?

Jika Ahok gagal, tetaplah ia di atas angin. Inilah skenarionya. Jika ia kalah ataupun gagal menjadi gubernur untuk periode ke dua, Ahok tidak akan menyesalinya. Sekurang-kurangnya ia pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta yang fenomenal. Namanya akan dikenang orang sebagai gubernur yang berani keluar dari partai, maju secara independen, melawan sendiri anggota DPRD, melawan FPI, merebut tanah negara dari para preman dan seterusnya. Bisa jadi, gubernur sesudah Ahok, akan terlihat menjadi bayang-bayangnya. Dan kalau gubernur sesudah Ahok seperti Ahmad Dhani misalnya, dan ternyata gagal, orang Jakarta akan mengenang kembali Ahok.

Selanjutnya, jika Ahok gagal menjadi gubernur, tidak ada juga yang perlu ditangisi. Ahok kembali mengingat petuah Gus Dur bahwa jabatan tidaklah abadi. Suatu saat jabatan itu akan berakhir. Maka jika saatnya lengser katakanlah cukup dan jangan mati-matian mempertahankannya. Ahok jelas tidak rakus jabatan. Berulang kali ia katakan bahwa jika ada yang lebih baik darinya, silahkan menjadi penggantinya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Jika ia tidak lagi menjadi gubernur, maka Ahok akan menikmati hidupnya, menikmati istirahatnya, menonton TV, baca berita dan bebas dari tanggungjawab serta sengitnya pertarungan politik kejamnya Jakarta.




Tentu saja kalau pun Ahok gagal menjadi gubernur DKI Jakarta, maka sebagai seorang teman Jokowi, ia mungkin bisa menjadi menteri, menjadi dubes, menjadi pejabat di lingkungan istana. Ide-ide terobosannya yang cemerlang, tidak menyulitkannya mengemban sebuah jabatan prestisius lain di negeri ini. Sebagaimana kejujuran yang laku dimana-mana, maka Ahok juga bisa laku di mana-mana. Kalau tidak di politik, maka mungkin banyak perusahaan yang meliriknya.

Jadi majunya Ahok secara independen adalah keputusan jitu yang amat berani, tepat dan pas. Dengan keputusan itu, Ahok menantang resiko tinggi luar biasa. Hebatnya, Ahok sudah siap segala resiko itu dan ia paham betul bagaimana menyingkapinya. Jika kemudian masyarakat Jakarta tidak lagi menginginkannya, maka benarlah kata Ahok, dia hanya sampai bulan Oktober tahun 2017 mendatang. Ahok akan memaksimalkan sisa jabatannya itu untuk membenahi Jakarta dengan segala kekuatannya.

Namun, jika masyarakat Jakarta masih tetap menginginkan dia sebagai gubernur, maka warga Jakarta akan terus mendukungnya termasuk rela datang menyerahkan fotocopy KTP-nya masing-masing sebagai bentuk dukungan. Ahok pun akan semakin jaya menantang lawan-lawan politiknya termasuk partai partai politik. Selain itu ia akan menorehkan tinta emas dalam sejarah Pilkada Jakarta sebagai seorang gubernur yang berani maju secara independen. Selamat berjuang Ahok dan teman Ahok.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.