Kolom Boen Syafi’i: AJARAN ASAL ARAB BUKANLAH PEMBENTUK KARAKTER ASLI ORANG JAWA

Islam di luar negeri dengan yang berada di Suku Jawa memang beda. Kenapa saya hanya menyebut Suku Jawa? Maaf, saya tidak bermaksud untuk rasis. Nyatanya yang di luar tempat tinggal Suku Jawa sebagian besar saat ini sudah banyak yang keracunan dogma Arab.

Yang mengira budaya Arab adalah Islam dan Islam sudah pasti Budaya Arab itu sendiri. Ya meskipun sebagian kecil orang Jawa ada yang seperti itu.

Di Jawa, meski mereka menyembah Tuhan yang sama, namun secara unggah-ungguh dan nilai sopan santun jelas sangat berbeda. Gak percaya?

Sekarang sebutkan satu saja negara mayoritas Islam di seluruh dunia yang mempunyai nilai kesantunan seperti Islam di Suku Jawa. Ada? Adakah mereka jika lewat di depan kerumunan orang akan berkata “Nuwunsewu Mas atau Mbak” (?) Ataukah setiap kali berpapasan, mereka akan tersenyum sambil menyapa anda?

Ataukah, mereka dapat rukun dengan tetangga meski berbeda agamanya? Nyatanya, jarang sekali kita menemukan hal seperti itu selain di Jawa. Sedangkan di luar sana, seperti di Afghanistan, Iran, Yaman, Arab Saudi, Islam dicitrakan sebagai agama yang anti dengan toleransi itu sendiri.

Banyak yang bertampang bengis, bahkan tak jarang memperkosa para perempuannya juga. Miris, bukan?

Hal ini membuktikan bahwa, unggah-ungguh alias sopan santun yang dimiliki penganut Islam asal Jawa sesungguhnya bukan berasal dari ajaran asal Arab tersebut. Melainkan dari peradabannya sendiri. Sudah dari dulu diajarkan oleh leluhur. Sebelum jaman pra Islam itu hadir.

Jadi kowe ojo GR, bahwa yang membuat ajaranmu lentur, penuh welas asih, penuh toleransi itu berasal dari ajaran asal Arab sana? Bukan. Kalau pun ajaran asal Arab itu yang membuat Suku Jawa menjadi penuh toleransi serta bijaksana, tentu karakter penduduk di negeri gurun sana akan sama seperti karakter milik orang Jawa.

Nyatanya?

Melihat jempol kuku milik perempuan saja, mereka ini auto ngatjeng manuknya. Maka yang sepatutnya berterimakasih itu bukanlah orang Jawa kepada ajaran asal Arab. Melainkan…

Ahsudahlah..

“Melainkan apa Cak ?”

Melainkan orang Jawa yang harus berterimakasih terhadap Mia Khalifah, si duta pemersatu bangsa itu, Di, Paidi..

Puas Puas Puas..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.