Kolom Asaaro Lahagu: ANALISA KENAPA JK SAKIT HATI ‘TEMBAK’ JOKOWI

Dalam beberapa hari ini, Wapres Jusuf Kalla (JK) rajin ‘menembak’ Jokowi terkait infrastruktur. Ada 3 sasaran tembak JK yang diungkapkannya di depan umum.

Pertama, LRT Palembang. Menurut JK LRT Palembang tidak efisien.

LRT Palembang itu kini hanya menjadi ajang coba-coba para turis lokal. Dalam kacamata JK, LRT Palembang yang dibangun mahal-mahal itu kini hanya sebagai ajang wisata masyarakat yang ingin naik LRT. Secara ekonomi LRT Palembang tidak bermanfaat.

Ke dua, pembangunan jalur kereta Trans Sulawesi. Menurut JK pembangunan jalur kereta api dari Makasar sampai ke Manado tidak berguna.

“Barang apa yang mau diangkut dari Utara ke Selatan, Selatan ke Utara? Nggak ada,” kata JK.

Trans Sulawesi

Ke tiga, pembangunan light rail transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi. Menurut JK biaya pembangunan LRT itu sangat mahal dan letaknya bersebelahan dengan jalan tol.

Kritik-kritik JK di atas kalau dianalisa lebih lanjut, terdapat beberapa kejanggalan.

Pertama, JK adalah Wapres dan bagian dari pemerintahan. Ia juga didaulat sebagai Ketua Dewan Penasehat Tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf. Dengan posisi seperti itu, JK tidak etis jika ia di depan umum mengkritik kebijakan infrastruktur Jokowi. Apalagi pada masa kampanye Pilpres saat ini, maka kritik JK itu menjadi peluru kubu lawan.

Jika JK tidak setuju dengan kebijakan infrastruktur Jokowi, ia tentu menyampaikannya dalam rapat kabinet. Akan tetapi JK tidak melakukan hal itu. Alasannya ia baru mengkaji berbagai kebijakan infrastruktur Jokowi. Alasan ini jelas sangat janggal.

Ke dua, dalam menyampaikan kritiknya, JK menekankan visinya sebagai pengusaha. Padahal ia adalah Wapres. Apakah JK lupa bahwa ia saat ini masih Wapres? Jika JK menekankan visinya sebagai pengusaha, maka sangat wajar visi itu bertabrakan dengan visi Jokowi.

Sebagai pengusaha, JK wajar melihat sesuatu dalam bingkai kacamata untung-rugi. Jika membangun sesuatu, maka harus ada untung. Untungnya harus gede dan secepat mungkin modal harus balik. Tetapi, visi sangat janggal karena JK adalah Wapres. Mengapa JK mengkritik Jokowi sebagai pengusaha? Ini sangat janggal.

Jusuf Kala

Visi Jokowi dalam membangun bukan visi pengusaha tetapi visi seorang pemimpin, seorang Presiden. Sebagai seorang Presiden, Jokowi harus melihat jauh ke depan. Bagi Jokowi membangun infrastruktur itu bukan berpatokan untung-rugi sekarang, tetapi efeknya baru dirasakan dalam kurun waktu 5- 20 tahun ke depan.

Soal pembangunan LRT Palembang misalnya, JK lupa peran LRT ini dalam penyelenggaraan Asian Games lalu yang sangat sukses. Peran LRT Palembang sangat vital.

Ke depan, ketika kita mau menjadi tuan rumah olimpiade dunia, piala dunia, atau event-event lain, infrastruktur di Palembang sudah siap. Palembang adalah satu-satunya kota andalan Indonesia saat menyelenggarakan event-event besar berskala internasional setelah Jakarta.

Memang pada musim-musim sepi sekarang, sama seperti di maskapai penerbangan, para penumpang mungkin sepi. Tetapi ketika ada peluang untuk menyelenggarakan event besar, Palembang sudah siap. Infrastruktur olah raga di Palembang sudah sangat siap dan sangat bisa diandalkan.

Bagaimana dengan jalur kereta api Trans Sulawesi? Sama. Justru dengan adanya jalur kereta api itu, maka pelan-pelan akan memacu titik-titik pertumbuhan ekonomi baru. Dengan adanya jalur kereta api Trans Sulawesi, pergerakan ekonomi dari Papua-Sulawesi dan seluruh Indonesia Timur akan menggeliat.

Demikian juga LRT Jabotabek. Dalam 5 tahun ke depan, Jakarta diperkirakan stagnan. Tak bergerak karena macet. Solusinya adalah LRT. Soal biaya mahal, pasti ada hitung-hitungannya yang transparan. Ada lelang, ada alasannya. Bahkan jika diperbandingkan dengan LRT di negara lain, maka LRT Jabotabek lebih murah.

LRT Jabotabek

Biaya pembangunan LRT Jabotabek sebesar Rp 674 miliar/km. Sudah termasuk sarana dan prasarana. Sementara LRT Manila, Filipina Rp 904 miliar/km, Malaysia Rp 807 miliar/km, Pakistan Rp 797 miliar/km dan Dubai Rp 1,02 triliun/km.

Kalau Jokowi mengikuti visi JK, maka Jokowi tidak akan membangun Papua. Ngapain membangun Papua yang potensi bisnisnya tidak langsung kelihatan sekarang? Jika Jokowi mengikuti visi JK maka Jokowi hanya membangun Pulau Jawa karena potensi bisnisnya lebih tinggi. Akan tetapi Jokowi membangun Indonesia, Indonesiasentris, untuk visi-misi yang jauh ke depan.

Lalu apa sebenarnya alasan JK mengkritik dan menembak Jokowi? Apakah karena alasan cemburu? Apakah JK cemburu dengan Jokowi? Kalau dilihat sepintas, alasan cemburu ini bisa sedikit masuk akal. Karena selama ini di balik keberhasilan pembangunan infrastruktur Jokowi, nama JK sangat jarang disebut-sebut.

Bisa dibayangkan, seorang Wapres yang sedang turun takhta jasanya tidak disebut-sebut. Ini berarti selama 5 tahun menjabat sebagai Wapres, JK hanya ongkang-ongkang kaki. Istilah kerennya, JK cemburu kepada Jokowi soal pembangunan infrastruktur. Agar jangan Jokowi terus yang dipuji, maka JK memperlihatkan sedikit cacat infrastruktur itu di muka umum.

Lalu, apakah alasan cemburu alasan utama JK menembak Jokowi? Saya tidak yakin. Apa alasan JK menembak Jokowi di depan umum? Analisa saya kemudian sampai kepada pemecatan Said Didu dari jabatan Sekretaris BUMN dan juga sebagai Komisaris di PT Bukit Asam Tbk akhir Desember 2018 lalu. Pasca dipecat, Said Didu sendiri sangat sakit hati dan kini gencar menyerang balik Jokowi.

Said Didu adalah kader JK di pemerintahan. Sama-sama berasal dari Sulawesi, Said Didu dan JK mempunyai hubungan simbosis mutualisme. JK sebetulnya menginginkan karir Said Didu mencreng di pemerintahan Jokowi karena orangnya, Sudirman Said, sudah ditendang. Lewat pintu Said Didu, kerajaan bisnis JK mendapat kemudahan. Namun, keinginan JK itu kerap digagalkan oleh Jokowi.

Said Didu

Di tahun 2015 lalu, misalnya, JK sakit hati karena Said Didu gagal jadi Dirjen ESDM. Alasannya karena tidak dilirik Jokowi meskipun Said Didu mendapat penilaian ranking 1 di hasil seleksi jabatan. Setelah itu, karir Said Didu bukannya menanjak tetapi anjilok. Puncaknya pada Desember 2018 lalu, karir Said Didu di pemerintahan Jokowi, benar-benar tamat.

Pemecatan Said Didu dilakukan karena sudah tidak sejalan dengan Jokowi terutama dengan Menteri BUMN Rini Soemarni. Pemecatan itu membuat JK sangat marah. Kemarahan JK ini dia luapkan dengan mengkritik langsung proyek infrastruktur Jokowi.

Saya rasa, kalau JK tidak bisa mengontrol emosi dan nafsunya soal pemecatan Said Didu, maka dia bisa menyerang balik Jokowi dengan strategi dua kaki. Dan ini sangat berbahaya. Hal itu bisa dilihat saat Sudirman Said dan Anies Baswedan dipecat dari kursi menteri, JK menyerang Jokowi dari belakang dengan mendukung Anies.

Bisa jadi, ke depan, JK akan terus menyerang Jokowi akibat sakit hati karena orangnya ditendang dari pemerintahan. Untuk menetralisirnya, Jokowi perlu melakukan manufer dengan memberikan kompensasi lain. Kalau tidak, JK akan terus-menerus menembak Jokowi karena sakit hati seperti Said Didu. Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.