Kolom Eko Kuntadhi: AUDREY DAN PERUNDUNGNYA, ANAK ASUHAN MEDSOS

Ada teman yang menyodorkan informasi. Audrey, korban perundungan di Pontianak itu, ternyata salah satu anak yang suka mencela-cela Jokowi di akun medsosnya. Sepertinya Audrey anak asuhan FPI. Bahkan, dalam salah satu statusnya Audrey sempat menshare vlog yang berisi saya, Denny Siregar dan Permadi.

Dia menuliskan satu kata : songong. Maksudnya Audrey mencela video kami dengan kata songong.

Saya amati akunnya. Jelas remaja 14 tahun ini cukup tertarik dengan isu politik. Kadang-kadang omongannya ketus dan sedikit kurang ajar. Tapi saya mengapresiasi jika remaja SMP sudah punya perhatian dengan isu-isu politik. Itu bagus banget.

Masalahnya, informasi politik yang dijejali di kepalanya banyak yang salah. Hasil persilangan desas-desus antara pengikut Rizieq dan simpatisan PKS. Boleh dibilang Audrey adalah anak FPI garis putus-putus. Dia gemar mengkonsumsi berita palsu.

FPI di Pontianak memang berkembang. Mirip pedagang kolak dan lontong bumbu di waktu Ramadhan. Jumlahnya banyak. Nah, Audrey salah satu anak yang terpapar cara berfikir FPI itu.

“Mas, gak usah dibela lagi. Kelakuannya begini,” ujar teman saya. Dia menyodorkan akun medsos Audrey. “Persoalan Audrey itu perseteruan sesama anak kampret.”

Saya berfikir. Jikapun Audrey anak Rizieq beneran, kalau dia dianiaya, mestinya dia punyak hak yang sama untuk dibela. Gak peduli perbedaan pandangan politik. Gak peduli dia pernah kurang ajar. Bahkan jika dia lebih FPI daru FPI. Kalau teraniaya ya, harus dibela.

Sama kayak kita membela korban yang digebuki Bahar Smith.

Sebab perundungan yang dihadapinya tidak ada kaitannya dengan pandangan politiknya. Audrey dan para perundungnya, mungkin hanya anak yang ketularan virus Rizeq. Ketika ada masalah, di kepala mereka tidak banyak tersedia opsi penyelesaian, selain kekerasan.

Kalau lihat akun medsosnya. Audrey gemar menshare Tengku Zulkarnaen maupun Haikal Hassan. Dia juga punya gaya bahasa yang gak jauh beda dengan junjunganya.

Sebagai anak-anak sebetulnya mereka semua adalah korban. Mereka korban dari tidak terlatihnya lingkungan mencari jalan beradab untuk menyelesaikan masalah. Mereka korban dari merasa diri paling benar. Mereka korban dari pandangan bahwa menyakiti orang lain yang dianggap musuh tidak perlu harus disesali.

Atau mungkin mereka juga korban sinetron kelas kambing yang orang kalau jahat, jadi jahat banget. Kalau baik kok, baik banget. Mereka korban pandangan dunia yang hitam putih. Kalau bukan kelompok saya, semuanya musuh.

Tapi, teman saya mempertanyakan benarkah Audrey diserang organ intimnya? Apakah itu hanya karangan dia saja atau benar terjadi. Masalahnya visum polisi tidak menemukan itu.

Tapi harus juga diperhatikan. Jarak antara kejadian dengan visum terbentang jauh, sekitar 2 minggu. Bisa jadi visum tidak bisa merekam apa yang terjadi.

Jika membaca laporan dari Kantor Perlindungan Anak di Pontianak yang pernah mencoba menyelesaikan kasus ini, tertulis bahwa penganiayaan itu sempat melukai organ intim Audrey. Inilah yang membuat masyarakat geram.

Intinya begini. Saya gak terlalu memikirkan apa pandangan politik Audrey atau perundungnya. Kasus Audrey perlu diperhatikan karena menyangkut sebuah isu : bahwa anak-anak perempuan kita bisa tumbuh begitu bengis.

Untung saja Jokowi sudah menginstruksikan polisi agar memperhatikan kasus ini. Teman saya dari PSI, Kokok Dirgantoro dan Dara Nasution terbang langsung ke Pontianak untuk melakukan pendampingan kepada Audrey. Kokok dan Dara memang sangat konsen dengan isu anak, perempuan dan keluarga. Meski mungkin saja bagi Audrey, PSI itu sejenis barang haram.

Soal status medsos Audrey yang terkesan kampret banget, gak penting. Masalah itu bukan ada pada Audrey. Masalahnya pada orang-orang tua yang sudah merusak otaknya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.