Kolom Boen Syafi’i: BEDA KONSEP GUS MIEK DAN GUS MIFTAH — Yang Berulah Adalah Kang Paidi

Terdengar kabar Gus Miftah ingin berdakwah di klub malam kawasan Jakarta dengan terlebih dahulu meminta izin kepada Gubernur. Baikkah konsep berdakwah di klub malam seperti ini? Jawabnya, tentu saja baik dan bahkan sangat baik sekali. Karena bukan hanya santri atau orang baik saja yang kelak menginginkan tempat terbaik setelah kehidupannya.

Para PSK dan mereka yang saat ini berlumuran dosa pun menginginkannya juga.

Namun, perlu digarisbawahi, cara pendekatan untuk menyadarkan mereka ini haruslah personal, penuh welas dan yang pasti tidak boleh serampangan.

Cara ini dulunya pernah ditempuh oleh Al Maghfurlah Gus Miek, saat Beliau door to door dari satu diskotik ke diskotik lain. Dari satu lokalisasi ke lokalisasi lain, dan dari satu tempat judi ke tempat judi lain.

Tidak terhitung banyaknya Beliau keluar masuk dari “surga” dunia seperti ini. Sehingga, nama Beliau banyak dikenal oleh kalangan PSK dengan panggilan Papa.

Namun, seperti halnya Gus Wafiq yang pernah dawuh, kartu telkomsel di HP tidak akan berganti Indosat, meski kita berdiri di bawah pemancar sinyalnya. Begitulah Gus Miek, meski blusukan berulang-ulang kali di tempat seperti itu, prinsip Beliau tidak berubah dan tidak goyah.

Bahkan, tak jarang para PSKnya yang terguncang hatinya karena Gus Miek memberitahu mereka bahwa kasih sayang serta cinta kasih dari Tuhan itu tiada akan pernah habis-habisnya. Meskipun saat ini mereka berlumuran dosa.

Itulah Gus Miek, tokoh sufistik fenomenal yang berasal dari pondok pesantren Al Falah Ploso, Kota Kediri. Beliau tidak berceramah langsung di depan mereka, terlebih-lebih apalagi mengajak untuk bersholawatan bersama. Melainkan, terjun langsung dan melakukan pendekatan secara personal, penuh kesabaran serta penuh welas asih terhadap mereka.

So, tanpa mengurangi respek dan hormat saya kepada Gus Miftah terhadap metode dakwah yang ditempuhnya. Bukankah lebih elok menempuh jalan senyap ala Gus Miek jika ingin berdakwah di tempat hiburan malam. Namun, nyatanya Gus Miek hanya ada satu dan cuma satu-satunya saja.

Cara Gus Miftah baik, dan Gus Miek pun juga sangat baik. Yang tidak baik itu adalah si Paidi. Yang hobinya cuma ngopi plus wifie 3 ribu, eh duduknya 17 jam. Itupun terkadang di kasbon juga.

Maaf kan si Paidi, yo Yu? ???

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.