Bedah Buku Urung Senembah: Urung Itu Nyata dan Karo Bukan Batak

Permaisuri (kemberahen) dari Raja Urung Senembah sedang menyanyikan lagu Gurindam 12. Repertoar dari 12 lagu sangat penting bagi masyarakat Melayu di Deli maupun Karo. Melayu deli mengenal Serampang 12 dan Karo 12 lagu untuk dimainkan dalam meresmikan rumah baru. Gendang 50 – 2 adalah kelipatan 4 dari repertoar 12 lagu itu.




JEBTA B. SITEPU. MEDAN. Acara bedah buku yang berjudul “Sebuah Pengantar Sejarah Urung Senembah” telah selesai dilaksanakan hari ini [Selasa 20/12] di Gedung Serbaguna FIB USU T. Amin Ridwan telah selesai dilaksanakan dan berlangsung cukup meriah. Buku yang ditulis oleh Pemangku Adat sekaligus Raja Urung Senembah mendapatkan respon dan apresiasi dari berbagai kalangan, antara lain dosen-dosen ilmu sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Universitas Negeri Medan, para mahasiswa Jurusan Sejarah, para peneliti dan sejarawan.

Wan Chaidir Barus dalam sambutannya mengatakan, buku ini sebenarnya dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak.

“Buku ini adalah sebuah tulisan yang saya buat saat saya ingin mempelajari sejarah keluarga saya. Namun, saya bertemu dengan Jebta Sitepu dari media online Sora Sirulo dan tidak saya sangka buku ini akhirnya diterbitkan oleh Yayasan Cahaya Karo pimpinan ibu Cahaya beru Purba,” kata Wan Chaidir Barus.

Saat menandatangani buku dan menyerahkannya kepada penulis 100 tokoh Karo, Tania Depari

Pada kesempatan ini dihadirkan juga 2 orang pembicara, yaitu Dra. Ratna MS dan Drs. Wara Sinuhaji MHum serta moderator Dr. Suprayitno MHum. Kedua pembicara mengatakan bahwa buku ini merupakan salah satu bukti kuat akan kejayaan dan keperkasaan Suku Karo.

“Buku ini sangat penting, sebelumnya tidak ada buku sejarah kerajaan di Sumatera Utara ini yang dituliskan secara lengkap. Hari ini Wan Chaidir telah membuktikan bahwa sejarah itu dapat dituliskan dengan lengkap,” kata Wara Sinuhaji.

Begitu pula dengan Dra. Ratna MS dan moderator Dr. Suprayitno yang mengatakan bahwa buku ini adalah sebuah buku yang sangat penting, dimana selama ini sejarah Urung Senembah belum banyak dikenal orang luas.

“Semoga kehadiran buku ini dapat melecut semangat para Pemangku Adat Kerajaan dan Kesultanan yang ada di Sumatera, khususnya di wilayah Raja Berempat,” kata mereka.




Pada saat sesi diskusi, Drs.Wara Sinuhaji yang merupakan salah satu pembicara mengatakan bahwa Senembah merupakan kerajaan dari Suku Karo dan bukan bagian dari Batak. Wara beranggapan Batak hanyalah penyebutan di masa Kolonial, dan Suku Karo bukan Bagian dari Batak. Hal ini dikatakan Wara Sinuhaji saat menjawab pertanyaan dari salah satu tamu undangan, dimana tamu tersebut menganggap Kerajaan Urung Senembah adalah salah satu kerajaan di Suku Batak Sub-etnik Karo.

Acara ini juga diselingi oleh penampilan seni tradisional dari Suku Karo dan Melayu dan dihadiri sekitar 200 tamu undangan.

Pengemasan buku ini dikerjakan oleh Pemimpin Redaksi SORA SIRULO (Ita Apulina Tarigan) dibantu oleh dua anggota redaksi (Jebta B. Stepu dan Bastanta P. Sembiring). Refleksi-refleksi juga diberikan oleh para pengelola SORA SIRULO: Refleksi Etnografi dari Juara R. Ginting (Pemimpin Umum), refleksi historis dari Ita Apulina Tarigan (Pemimpin Redaksi), dan refleksi media sosial dari Edi Sembiring (kolumnis).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.