Kolom Boen Syafi’i: BERAGAMA KENAPA HARUS MARAH?

Paidi si tukang kasbon, terlihat didatangi oleh gerombolan ngamukan sekaligus ngatjengan di warkopnya Yu Waginem. Pimpinan gerombolan itu bernama Gatot namun dingarabkan menjadi Al Khattath (ribet amir). Obrolan itupun dimulai.

Al Khattath: Akhir-akhir ini antum kok suka mengkritik agama ana? Kalau agama antum dihina, kira-kira apa reaksi antum?

Paidi: Ya, woles wae Mas, santai. Toh kebaikan meskipun difitnah, dijelek-jelekan akan tetap menjadi baik. Tidak akan pernah berubah sedikitpun.

Al Khattath: Lha, kalau kitab suci anda disobek-sobek di jalanan, apa antum gak marah?

Paidi: Buat apa toh harus marah? Dia yang membuat energi negatif, ya tentu pula energi itu akan berbalik kepadanya. Efeknya berbagai penyakit akan mudah menyerang dirinya. Sempel eh simpel, toh?

Al Khattath: Antum tidak takut kalau agama antum jadi ternista?

Paidi: Lha buat apa takut? Orang kalau cantik biarpun dibilang jelek seribu kali yo tetap saja cantik. Beda lagi dengan PSK. Meski seribu kali ngaku perawan, tetap saja orang gak percaya. Begitu juga dengan Agama. Yang baik akan tetap menjadi baik. Dan yang buruk akan tetap menjadi buruk, meskipun sering teriak, ajaran kami yang paling baik.

Al Khattath: Antum tidak kawatir penganut agama antum akan berkurang?

Paidi: Lha, kenapa harus kuatir toh, Mas? Wong kami ini beragama, bukan berpartai politik yang selalu saja mencari massa. Tujuan beragama kami menebar kebaikan untuk penghuni alam semesta, bukan untuk menjadi mayoritas ataupun gagah-gagahan.

Al Khattath: Marah itu perlu lho ya akhi.

Paidi: Marah itu energi negatif, dan kalau ada yang menganjurkan untuk berbuat marah, berarti orang itu otaknya konslet.

Al Khattath: Sabar juga ada batasnya.

Paidi: Kata siapa Sabar ada batasnya, Mas? Wong Pak Sabar tetangga saya itu rumahnya gak ada pagar pembatasnya, kok.

Al Khattath: Hmmm, emang nama agama antum itu apa?

Paidi: Agama saya bernama Cinta Mas, ritualnya menebar kebaikan terhadap semua umat manusia.

Al Khattath: Lalu, Tuhan antum itu bernama siapa?

Paidi: Tuhan saya gak pernah memberitahu namanya siapa. Wong, kalau membantu orang saja, dirinya sering pakai inisial kok. Takut sombong katanya.

Al Khattath: Inisialnya apa ya, akhi?

Paidi: Inisialnya NN alias No Name.

Al Khattath: Antum sesat.

Paidi: Biarlah saya disebut sesat, Mas. Daripada mengaku baik tapi sering berperilaku buruk. Apalagi sering melakukan aksi teror terhadap manusia yang lainnya.

Al Khattath: Dengar, ajaran kami itu ajaran baik dan damai. Jika antum membantah maka halal darah antum untuk ditumpahkan.

Paidi: Lah? Jangan emosian toh, Mas. Gak baik. Nih, saya punya link Mia Khalifah terbaru, sampean mau?

Al Khattath: Astajim, dosa besar antum. Tapi baiklah, mumpung memori HP milik ana masih banyak yang kosong. Mana linknya?

Dan para laskyar yang lamat-lamat mendengar kata “link” pun serentak berteriak: “Woy, bagi linknya, wooooy.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.