Kolom Bastanta P Sembiring: BIODIESEL DAN PENURUNAN PAJAK MESIN DIESEL (Strategi Jangka Panjang Pemerintahan Jokowi) (Sirulo TV)

https://www.youtube.com/watch?v=of_n-hj49gM

Bastanta P. Sembiring 1B20 atau biodiesel, solar dengan 20% kandungan minyak nabati, memang masih menjadi dilema bagi pengguna mesin diesel. Saya sendiri sebagai pengguna mesin diesel merasakannya juga. Yakni semakin pendeknya usia penggunaan filter solar semenjak pemakaian B20 dan performa mesin yang kurang enak.

Mungkin pengguna diesel lainnya juga merasakan demikian.

Secara teknis, saya tidak begitu mengerti hal ini. Saya yakin ke depannya aan ada perbaikan, baik dari pihak produsen biodiesel atau juga produsen mesin diesel maupun produsen sukucadang mesin diesel, agar penggunaan biodiesel semakin aman dan nyaman.

Era Presiden Joko Widodo tampak gencar dalam soal B20 ini. Bahkan ada niat menaikkan kandungan minyak nabati hingga 30% (B30). Menteri ESDM (Ignasus Jona) bahkan mengatakan bukan hanya B20, tetapi B100 dan ingin pengembangan bioetanol E100. Ini tantangan beliau bagi produsen lokal (Lihat diĀ SINI)

Keseriusan Pemerintah soal biodisel ini tampak dalam upaya Pemerintah mendorong investasi industri biodisel dalam negeri dan pengunaan B20 bagi kendaraan. Mereka juga mengajak negara jiran Malaysia untuk ikut dalam pengunaan biodisel. Ada juga rencana Pemerintah menurunkan pajak mesin diesel. Tentu ini akan berpengaruh pada penggunaan kendaraan-kendaraan yang sebelumnya didominasi bermesin bensin dan diharapkan akan beralih ke mesin diesel nantinya (lihat di SINI).

Pemerintah tentu memiliki tujuan dan hitung-hitungan. Yang paling terang terlihat yakni soal pengamanan dan penghematan devisa. Menurunya ketergantungan inport solar sama dengan mengurangi pengeluaran negara akibat penurunan subsidi pembelian solar.

Jika industri minyak nabati (salah satunya biosolar) berkembang sebagaimana yang direncanakan oleh Pemerintah saat ini, B20 yang 20% dari minyak nabati dari sumber kelapa sawit (CPO) lokal dan direncanakan terus naik kadarnya (B30<) akan mempengaruhi harga sawit dalam negeri. Sebagian besar CPO Indonesia cukup diolah oleh industri lokal dan tidak tergantung lagi pada minat dan niat beli luar. Mengurangi intervensi asing dalam penentuan harga kelapa sawit petani Indonesia, mendorong nilai investasi, dan akan membuka lapangan kerja di dalam negeri (Lihat di SINI)

Selain itu, jika ambisi Pemerintah mengembangkan industri biodisel tercapai, Indonesia dalam 5 atau 10 tahun ke depan bukan lagi pengekspor CPO dan pengimpor solar, melainkan pengekspor biosolar dan produk minyak nabati lainnya. Indonesia sebagai raja sawit (berdasrkan luas lahan dan jumlah produksi TBS) yang selama ini hanya sebatas nama dan di bawah intervensi Barat, diharapkan dapat berdaulat dan menjadi raja (penentu) industri sawit dunia yang sebenarnya.

Terakhir. Biodisel yang bersumber dari minyak nabati tentu lebih ramah lingkungan daripada minyak fosil (minyak bumi). PR Pemerintah yang sebenarnya tinggal soal regulasi penggunaan lahan (khususnya lahan gambut) untuk pengembangan perkebunan kelapa sawit dan memberantas mafianya. Sehingga, ke depan, tidak ada lagi cerita soal Minyak Sawit Kotor [Indonesia] dan dolar naik turun, saat itu nanti hanya tinggal kenangan saja.

Mejuah-juah Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.