BUDAK-BUDAK BANGSA ASING

Negeri yang penuh dengan keindahan, sangat artistik, berbudaya, bernilai seni tinggi ditinggalkan. Lebih memilih negeri gersang, hobi perang, hobi membunuh, hobi ngatjengan dan jauh dari kata berbudaya. Hanya karena otaknya sudah terpenjara oleh dogma yang belum pernah terbukti kebenarannya.

Suka tidak suka, inilah Nusantara kita saat ini.

Para pribumi terlihat seperti bangsa asing, sedang bangsa asing perilakunya bergaya sok pribumi di negeri ini. Diagung-agungkan, disembah-sembah, dipuja-puja. Hanya karena doktrin tidak boleh menyakiti hati cucunya “orang suci”.

Walhasil, perbudakan gaya baru merajalela. Jongos laksana robot penjaga tuannya. Selalu siap menyemburkan api amarahnya. Budak-budak yang sukarela menyerahkan harga diri kehormatan bangsanya.

Budak-budak pecinta bangsa asing, yang telah durhaka terhadap Sang Bumi Pertiwi. Merasa menjadi bagian dari bangsa asing, tanpa pernah menyadari bahwa bangsa asing sendiri sangat jijik berdampingan dengan mereka.

Hingga hasilnya adalah, orang-orang di negeri ini jauh-jauh datang ke negeri tandus. Mengumpulkan uang, dengan sadar, hanya demi sebuah alasan, yakni bertemu Tuhan. Sedangkan orang-orang dari negeri tandus juga jauh-jauh datang ke negeri ini, juga demi sebuah alasan, yakni “membuang Pejuh”.

Benar-benar simbiosis mutualisme, bukan? Nuswantoro Tebih Ing Rubedho, Nir Ing Sambikolo. Rahayu..

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.