Cerpen: Pertapa Yang Tersingkir

Oleh: Ita Apulina Tarigan (Surabaya)

 

ita-13.jpgDi sebuah rimba raya, tinggallah seorang pertapa tua bernama Old dengan anjingnya yang jinak. Rumahnya sederhana dibangun di sebuah dataran luas di tengah rimba. Dataran yang luas ditanami tanaman pangan beraneka dan juga beberapa jenis ternak. Dia sangat berbahagia dengan kehidupannya dan sangat mencintai tanah dan rimbanya.

Suatu ketika dia kedatangan seorang pertapa muda dari Timur, namanya East. East sangat kelelahan dan kelaparan ketika menemukan rumah si Old. Old yang baik hati dan ramah menerima tamunya dengan terbuka. Dia merawat East dan memberinya makan. Setelah membaik, East berkata pada Old: Aku sungguh sangat menyukai tanah dan rimba ini, bolehkah aku tinggal di sini? Old dengan terbuka membuka tangan, memberikan bahagian timur dari tanahnya danberkata: Tanah ini cukup luas untuk dibagi, ambillah sebelah Timur dan olahlah. Demikianlah kehidupan mereka berjalan.

Beberapa hari kemudian seorang pertapa muda dari Barat bernama West datang lagi ke tanah Old. West sangat kelelahan dan kelaparan ketika menemukan rumah si Old. Old yang baik hati dan ramah menerima tamunya dengan terbuka. Dia merawat West dan memberinya makan. Setelah membaik, West berkata pada Old: Aku sungguh sangat menyukai tanah dan rimba ini, bolehkah aku tinggal di sini? Old dengan terbuka membuka tangan, memberikan bahagian timur dari tanahnya danberkata: Tanah ini cukup luas untuk dibagi, ambillah sebelah Barat dan olahlah. Demikianlah kehidupan mereka berjalan.


[two_third]Tetapi West dan East mengabaikan teguran Old[/two_third]

Suasana damai ternyata berubah semenjak kedatangan West dan East. Mereka selalu mempersoalkan batas tanah garapan dan berusaha saling serobot satu sama lain. Old sampai menegur mereka berdua: Kamu berdua asyik bertengkar saja untuk tanah yang lebih luas, padahal tanah yang menjadi bagianmu tidak pernah kamu garap sempurna. Tetapi West dan East mengabaikan teguran Old. Bahkan menjadi lebih parah. Mereka mulai memasuki tanah Old dan memasang pacak di sana. menggurui Old cara bertani yang benar dan keduanya saling klaim bahwa merekalah yang paling ahli. Old kewalahan dengan mereka. Kadang-kadang mereka bergantian mengunjungi Old dan berusaha mempengaruhi Old serta menghasut agar membenci lawannya.

Kini, Old semakin tua dan dia menyadari kedua tamunya sudah menjadi masalah. Salah satunya dengan berpura-pura baik berguru kepada Old, tetapi mulai menyingkirkan barang-barangnya, satunya lagi dengan keras kepala dan selalu merasa benar selalu menggurui Old cara mengolah tanah yang benar. Akhirnya, Old pun menutup pintu kepada East dan West. Dia tahu, dia kalah kuat dengan kedua tamunya. Sambil menutup pintu, Oldpun bersumpah: “Tak satupun diantara kamu akan sejahtera, engkau akan selalu diliputi iri dengki, kemarahan, kesombongan dan saling memaki, hidupmu tak akan tenteram. Kutukan ini akan berhenti ketika engkau kembali menghormati marwah tanah ini.”

Sejak itu, Old menjaga tanahnya dengan diam, sambil bekerja dia menyaksikan tetangganya baku hantam. Kadang-kadang Old harus memperbaiki pagar kebunnya, ketika salah seorang dari mereka mencoba menerobos. Old sendiri tidak tahu, kapan keributan ini akan berakhir. Dia rindu rimba dan tanahnya yang dulu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.