Kolom Eko Kuntadhi: CIUMAN PADA HITUNGAN KE TIGA (Sirulo TV)

Eko Kuntadhi

“Aku akan menciummu pada hitungan ke tiga,” bisik seorang pria ke telinga pacarnya. Perempuan yang dibisiki, memerah pipinya. Ia hanya tersenyum kecil. Mencubit lengan pacarnya itu.

“Kamu apaan,sih?” Jawab si perempuan. Ada gelisah yang tertahan di sana.

“Kamu pernah berciuman sebelumnya?”

Yang ditanya bertambah merah mukanya. Ia tidak menjawab tegas. Hanya berseloroh. “Kamu apaan, sih?”

“Kalau kamu pernah berciuman, pada hitungan ke berapa biasanya kamu mulai berciuman?”

“Udah, ah, masa ngomongin itu terus?”

Lalu lelaki itu mulai menghitung. “Satu…”

Jantung perempuan serasa berdetak cepat. Mulai gak beraturan. Entah apa yang dia nantikan. Jujur, ini bukan ciuman pertama baginya. Tapi, ketika dilakukan dengan aba-aba. Rasanya deg-degan juga. Ia mendengar dengan seksama suara lelaki itu menghitung.

“Dua…”

Ah, dadanya terasa mau meledak. Ia gak bisa membayangkan ciuman seperti apa akan dikalukan yang diawali dengan aba-aba.

Dalam hati, ia memuji pacarnya kali ini. Biasanya lelaki berusaha mencuri-curi kesempatan untuk mendaratkan ciumanya. Meski harus diakui, ia juga merasakan senang ketika mendapat ciuman yang tiba-tiba dari pacar-pacar sebelumnya.

Tapi, lelaki di depannya kali ini benar-benar santai. Ia berterusterang. Akan menciumnya pada hitungan ke tiga. Hitungan itu mirip seperti ijin langsung.

Ia menunggu hitungan selanjutnya.

Perempuan itu berfikir, apakah dia harus memejamkan mata pada hitungan ke tiga juga? Ah, kalau seperti itu kesannya aku malah minta dicium, bathinnya. Gengsi, dong.

Bagaimana jika matanya dibuka begitu saja? Tapi, masa sih, berciuman dilakukan dengan mata melotot?

“Dua setengah…”

Kurang ajar. Kenapa harus ada setengah segala, sih? Dada perempuan itu makin berdetak cepat. Desirnya terasa sampai ke leher.

“Dua tiga per empat…”

Hhhmm, ini kapan ciumannya?

“Dua empat per lima. Dua lima per enam…”

Perempuan itu mulai mangkel. Mangkel semangkel-mangkelnya.

“Kenapa harus pakai angka desimal, sih!?” katanya dengan suara agak tinggi.

Mendengar suara protes pacarnya, lelaki itu kaget. Konsentrasinya buyar. Ia harus menghitung dari awal lagi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.