Kolom Arif A. Aji: DARI DIMENSI LAIN AKU MELIHAT

Aku duduk di sini. Di sebuah dunia dalam dimensi berbeda, tapi masih berada di atas bumi ini. Dimensi dimana udaranya tak lagi panik, sesak dengan kebenaran-kebenaran menutup pandang dan menyesakkan nafas seperti di dunia manusia yang ada saat ini. Dunia manusia buta dan tuli bahkan mati rasa oleh polusi dari kehancuran yang mereka buat sendiri. Aku benar-benar melihat para misioner Tuhan berteriak di sana sini dengan mencongkel biji mata umat manusianya, dan menggantinya dengan mimpi.

Aku benar-benar melihat para bijak penguasa dunia.

Dengan slogan kedamaian bahkan kemanusiaan duduk di atas singgasana yang mereka buat, dari tumpukan bangkai manusia yang mereka bungkus dengan ideologi-ideologi. Dengan mengorbankan nyawa manusia lainnya sebagai tumbal persembahan dari ambisi mereka.

Aku juga melihat para penyanyi penuh kebahagiaan dan tawa menjijikkan juga menakutkan dengan mulut penuh darah. Dengan menghisap darah sesama mereka. Jeritan demi jeritan adalah alunan musik nyanyian mereka.

Aku melihat seorang anak kecil, penuh daki, berdebu, bercak lumpur, bahkan rambut juga wajahnya tersiram darah yang sudah mengering. Dia memandangi kosong orang-orang berjubah dari kulit budak manusia mereka. Komat kamit bacaan yang berbau busuk dari mulut penuh ulat dan belatung yang mereka sebut suci.

Bahkan sudah sangat melihat langit yang tak biru lagi. Memerah dengan sejengkal matahari dari kepala para manusianya. Begitu jelas di mataku ini, udara yang adalah sumber kehidupan sudah mengeras dan sudah tak bisa memberikan hidup pada setiap mahluk di dalamnya.

Aku melihat penderitaan Sang Bumi, yang selalu disakiti, dirusak, dihianati, dengan air mata tak terbendung. Dengan tatap kemarahan, bahkan tatapan mengutuk pada segala yang ada di atasnya.

Dari dimensi ini, aku benar-benar melihat akhir dari dunia yang diciptakan manusia. Sampai pada fase awal dari transisi peradaban baru, yang tinggal menunggu saat mereka semua punah. Oleh kehancuran yang mereka ciptakan sendiri.

Walau masih ada kesempatan dan celah memperbaiki, tapi semua tak lagi berarti juga berguna saat ini dan selanjutnya. Sebab umat manusianya sudah terjebak keangkuhan dan buta dengan kenyataan yang ditunjukkan oleh alam semesta ini.

Dan aku sangat melihat kenyataan, umat manusia berjalan di atas bangkai-bangkai sesama mereka. Dengan mulut penuh darah, berarak berjalan bersama menuju arah dimana matahari merah sudah menunggu. Membakar keberadaan mereka semua tak bersisa.

One thought on “Kolom Arif A. Aji: DARI DIMENSI LAIN AKU MELIHAT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.