Kolom Eko Kuntadhi: DI SYEIK JARRAH

Di Syeikh Jarrah, Palestina, ribuan warga Palestina diusir dari tanah yang ratusan tahun sudah mereka tempati. Rumah mereka dibuldozer. Jika melawan mereka akan dihantam dengan keras. Diusir begitu saja. Gak pake pengganti. Gak pake negosiasi. Anak-anak tetiba kehilangan tempatnya berlindung. Di atas tanah itu akan dibangun pemukiman Israel. Perluasan yang terus menerus dilakukan dengan mengusir orang dari rumahnya.

Saya menyebutnya penjajahan.

Sebagian orang menyebutnya Israel sedang menjalankan misi Tuhan mengambil tanah yang dijanjikan. Orang lain bilang kemunafikan dunia internasional. Temannya beranggapan, ngapain dipikirin negeri yang jauh?

Apapun namanya. Yang tersisa adalah, warga yang kehilangan rumah, kehilangan kenangan atas tanah. Kehilangan negerinya, harapannya dan kebanggaannya.

Yang terjadi adalah ratusan ribu orang kehilangan masa depan. Kehilangan kehidupan. Semacam genosida tidak langsung, menghabisi sebuah bangsa. Dan para korban itu gak boleh melawan. Bahkan gak boleh sekadar menangis. Mereka dipaksa ikhlas punah diam-diam.

Dunia akan terus menyaksikan tontonan ini. Sambil makan popcorn menikmati jerit tangis perempuan dan anak-anak muda Palestina yang apabila mereka mati, mereka berfikir gak akan kehilangan apa-apa. Sebab hidup mereka juga gak punya apa-apa.

Sebagian kita menonton beritanya setelah membaca kitab suci. Yang menyeru-nyeru soal kebaikan akhlak dan Tuhan kasih. Atau sehabis sholat Magrib setelah kenyang makan ketupat. Lalu kita bicara kepada anak kita.

“Nak, beranilah kamu menegakkan keadilan jika hakmu dirampas orang lain. Tapi kalau kamu punya kesempatan merampas hak orang lain, biarkan mereka yang memainkan perannya menegakkan keadilan. Sedangkan peranmu adalah merampasnya!”

“Sebab kita beragama, mama? “

“Ya, sebab kita orang beragama!”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.