Kolom Boen Syafi’i: DIAMNYA SEORANG JOKOWI ITU HOROR

Sudah lama tidak menulis tentang Jokowi. Ya, mungkin karena sikap lembeknya perihal penegakan hukum terhadap kaum radikal intoleran yang membuat saya sedikit banyak malas menulis tentangnya. Tapi, bagaimanapun juga, saya adalah bagian dari 55% Rakyat Indonesia yang dulu memilih beliau menjadi presiden di republik ini.

Jad,i bagaimanapun juga, saya harus mengawal kebijakannya dengan apresiasi maupun kritikan.

Dan, seperti biasa, 55% yang memenangkan Jokowi, kata Kadrun, adalah fiktif bin rekayasa. Yang benar bagi Kadrun adalah omongan dari femimfinya Si Riziek saja. Minus omongan saat chat mesum dengan si Tante Firza lho, ya.

Yo, weslah rapopo. Dijarkan wae. Toh, membahagiakan Kadrun itu kan termasuk azab dari Tuhan juga. Sebagaimana karakter Orang Jawa yang njawani, Jokowi memang jarang berbicara dengan intonasi tinggi. Lebih suka meredam amarah, namun liar saat mengambil keputusan.

Keputusan yang diambil itu sendiri adalah bentuk “menghardik” dirinya terhadap para bawahannya.

“Kowe arep nesu. Sakarepmu. Ora ngurus,” begitulah kira-kira ngamuknya Orang Jawa yang njawani, termasuk Presiden Jokowi.

Dan, setelah sekian lama Jokowi tidak membuat gebrakan kebijakan yang fenomenal, kini beliau dan partai pendukungnya tiba-tiba saja, ujug-ujug makbedunduk, mengesahkan UU yang membuat Clan Cendana beserta para jongosnya termasuk Si Riziek, Si Haikal, Si Ucup Martak dan sebagian Arab provokator kebakaran jembot eh jenggotnya.

Ya, UU itu adalah persetujuan pegambilan secara legal, harta kekayaan para biangnya koruptor di Indonesia yang selama ini disimpan di Bank Swiss.

Memang pembahasan UU ini sangat alot dan lama. Bukan, bukan karena minum ramuan dari Mak Erot sehingga alot dan tahan lama. Namun, semua itu karena para antek-antek Clan Cendana di Gedung Kura-kura memberi perlawanan luar biasa.

Tetapi, semua itu ternyata dapat diatasi. Dan saya rasa peran besar dari sang Profesor Intelijen bermain dalam hal ini. Untuk mengelabuhi Antek-antek Cendana, dimunculkanlah terlebih dahulu RUU HIP yang jadi perdebatan di masyarakat.

Dan, goal ….. Clan Cendana merasa dapat angin segar agar bisa melengserkan Jokowi dengan segera lewat RUU HIP tersebut. Maka segera saja mereka atur strategi dengan menggerakkan demo yang berisi anti PKI dan juga bela Pancasila yang dimotori oleh para jongosnya seperti HTI dan FPI.

Pertinyiinyi, sejak kapan ngormas HTI dan FPI jadi Pancasilais banget duhai tepung kriuk sajiku? Demo itu tak berarti apa-apa karena yang menggerakkan demo itu kini kuciwa berat akibat salah langkah. Jokowi dan partai pendukung berhasil mengelabuhi Clan cendana yang selama ini jadi biang onar di Indonesia.

Tuah Reformasi masih kuat dan, untuk kesekian kalinya, Clan Orba dapat di-smack-down dengan riang gembira. Penggal kepalanya, maka ekor dan para jongosnya itupun akan ikut ambyar pula. Ternyata, diamnya Jokowi itu horror bagi yang selalu saja memusuhinya.

“Namun, yang lebih horrornya lagi, itu di saat ada panggilan telepon 37 kali dari istri dan kita tidak tau karena HP dimode senyap.”

“Horror.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.