Dosenku Pikir Aku Batak

Oleh: Arsad Sas Sinulingga (Jakarta)

 

Arsad SinulinggaSaya kuliah di Jakarta. 2 minggu yang lalu, ada sedikit perbincangan hangat dengan dosen di kelas. Di hadapan teman-teman kelas juga. Waktu itu, dosen saya tanya saya orang mana.

Saya mengatakan: “Saya orang Medan, ibu.”

“Oooo …. berarti kamu orang Batak, ya,” katanya dan dia terus ngomong begini.

“Coba deh kamu sedikit aja berbahasa Batak,” pintanya.

Karena saya bukan dari Suku Batak atau pun orang Batak, saya langsung menjawab pertanyaan dosen saya: “Maaf, ibu, saya bukan orang Batak, Jadi, saya enggak tau bahasa Batak.”

Terus dosen saya langsung menjawab: “Looooohh bukannya orang Medan itu orang Batak semua?”

Terus, setelah dia selesai berbicara, saya langsung menjawab: “Ibu, di Kota Medan itu ada 8 suku: 1. Karo, 2. Batak, 3. Pakpak, 4. Melayu, 5. Mandailing , 6. Simalungun, 7. arsad 2Angkola 8. Nias. Saya adalah dari Suku Karo. Aslinya penduduk Kota Medan itu adalah Suku Karo dan Melayu, ibu, bukan Batak. Penyebaran Suku Karo itu mulai dari Medan hingga ke Tanah Karo yang ada Gunung Sinabungnya, ibu, yang sampai sekarang masih terus menerus meletus.”

Terus, dosen saya langsung ngomong begini: “Ooooooo begitu, ya. Ibu baru tahu kalau begitu ceritanya. Ibu pikir orang Medan itu Batak semua. Jadi, selama ini ibu salah, ya. Maklum, ibu kan orang Jawa. Jadi, ibu kurang paham. Tapi setelah kamu kasih tahu, ibu baru tahu kalau begitu ceritanya. Ilmu juga, nih, yang kamu kasih tahu. Hehehe …”

Dosen saya langsung tertawa.

Tambahan dari redaksi mengutip sebuah komen di facebook atas tulisan di atas: Metra Novrianus Gintings Sama seperti kunjungan Kasdam ke Siosar (Relokasi pengungi Sinabung, red.), pertama dia menyapa dengan horas, warga memberitahui di sini Suku Karo, pak. Mejuah-juah bukan horas, dan di kata-kata selanjutnya horas tak terdengar lagi, mejuah-juah terus yang diucapkan.

One thought on “Dosenku Pikir Aku Batak

  1. Bagus sekali cerita pengalaman ini. Dengan kesediaan dan ketulusan menjelaskan atau memberi pencerahan maka ‘tirai ketidak pengetahuan atau kebodohan’ masyarakat lain soal Karo semakin terhapuskan. Bisa dibayangkan misalnya kalau orang Karo atau ada dosen Kari yang tak mengerti perbedaan orang Jawa dengan orang Sunda . . . atau dengan orang Madura . . . berabelah. Tetapi dosen orang Jawa ini masih bisa dimaklumi. . . . Atau bukankan ini memalukan bagi kwalitas seorang dosen atau seorang KASDAM?

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.