Kolom Juara R. Ginting: MENDRAMATISIR PILKADA KARO

Seseorang menulis di sebuah media sosial bahwa, setiap Pilkada Karo, para kandidat berlomba mengunjungi desa-desa di Liang Melas Datas. Dari keseluruhan tulisannya itu, terkesan pernyataannya itu untuk mengatakan para kandidat mengeksploitasi penderitaan warga Liang Melas Datas. Padahal ….

Sebagaimana dia sendiri berpendapat di tulisan itu, tak satupun akan menepati janjinya bisa membangun jalan ke sana.

Ingatan saya menggelitik jejemari mengetik tulisan ini. Seingatku, sampai sekarang baru 2 Paslon yang mengunjungi Liang Melas Datas; yaitu Paslon Nomor 3 dan disusul Paslon Nomor 1.

Saya tidak begitu memperhatikan apakah Paslon Nomor 1 ada menjanjikan akan membangun jalan ke desa-desa Liang Melas Datas, tapi saya sangat memperhatikan kalau Paslon Nomor 3 tidak menjanjikan membangun jalan itu kalau terpilih menjadi Bupati/ Wakil Bupati Karo. Mereka memang berjanji akan mendahulukan pembangunan infrastuktur khususnya jalan-jalan di Kabupaten Karo, tapi bukan Liang Melas Datas semata.

Begitu kira-kira fakta yang tertangkap oleh memori saya di Pilkada 2020 ini sampai saat ini.

Lalu, coba ingat-ingat ke Pilkada 2015. Saat itu, saya kurang tertarik mengamati kampanye Pilkada Karo. Tapi, setahuku, tidak ada Balon maupun Calon Bupati/ Wakil Bupati Karo ke Liang Melas Datas kecuali dalam Pemilihan Legislatif ada Caleg yang ke sana dan berjanji membenahi infrastuktur di sana.

Kemudian mundur ke Pilkada 2010. Saat itu saya berada di lapangan dan sekaligus sebagai penasehat pribadi dari salah seorang kandidat. Salah satu gagasan saya yang diterima kemudian dilaksanakan oleh kandidat itu adalah “gerakan mengunjungi kade-kade“.

Setahuku saat itu, tidak ada satupun kandidat yang mengunjungi Liang Melas Datas konon pula menjanjikan akan membangun jalan. Saya sendiri sebagai penasihat pribadi seorang kandidat, meski tidak masuk di dalam barisan Tim Sukses, tidak ada menyarankannya untuk mengunjungi Liang Melas Datas.

Padahal, saya sangat kenal daerah itu karena pernah tinggal beminggu-minggu dan mengunjungi hampirr semua desa/ dusun di sana, kecuali Cerumbu. Bahkan saya sudah masuk hutan, ikut ngelar siding dan mendengar kisah-kisah Kuta Kendit yang saat itu banyak diincar oleh para mafia tanah.

Liang Melas Datas bukanlah sesuatu yang menarik secara politis karena jumlah pemilih di sana (penduduknya) relatif sedikit. Sebagian besar warga Liang Melas yang keturunan Sembuyak, Anak Beru, Kalimbubu, dan Senina dari Kembaren mergana kebanyakan tinggal di Laubaleng (Liang Melas Berneh), Kabanjahe, Medan, dan Binjai.

Salah seorang yang cukup dikenal dari Liang Melas adalah dokter Perangin-angin (Kutambelin) yang dosen USU dan tempat prakteknya ada di Pasar 6 Padangbulan, Medan.

Apakah Iwan Depari sendiri tahu atau sama sekali tidak tahu, kurang tahu juga aku, kalau kakaknya yang tertua (Hj. Rossi Depari) sudah lama punya hubungan baik dengan warga Kutambelin (Liang Melas Datas), terutama dengan pengulu anak taneh yang dulu adalah kepala SD Kuta Pengkih. Kalau tidak salah, keluarganya dan beberapa keluarga Karo lain memberi bantuan batu menimbun lobang-lobang jalan ke Kuta Mbelin.

Djas Merah, hindari membual ngarang-ngarang kepahlawanan diri sendiri.

One thought on “Kolom Juara R. Ginting: MENDRAMATISIR PILKADA KARO

  1. melas, melas . . . andiko lasna. Pencerahan mantap dari JRG.

    Liang Melas . . . ‘melas’ sungguh kelihatannya, terutam kalau mau bangun jalan raya kesana. Biaya terlalu mahal, semua jadi takut? Sukarelawan pusat dan sukarelawan rakyat apa tidak dihitung ya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.