GEMA PETANI JAMBI GANDENG MAHASISWA — Berbincang-bincang Tentang Petani

Laporan:

Natalia Eflona Pinem

(Koresponden SORA SIRULO)

Rabu,  2 September 2020 Gerakan Mahasiswa Petani (GEMA PETANI) Jambi kembali mengadakan diskusi publik yang bertajuk Bincang-bincang ala Kaum Tani Jilid IV. Bincang bincang ala kaum tani ini diadakan di Ngaleh tea dan coffee, salah satu kafe di Mendalo, Muaro Jambi Pukul 19.00 WIB sampai selesai.

GEMA PETANI adalah organisasi mahasiswa yang selalu membawa isu perjuangan kaum tani mulai dari Reforma agraria, kedaulatan pangan, pertanian agroekologis, koperasi petani, anti neoliberalisme dan hak asasi petani.

“Agenda Bincang-bincang ala kaum tani ini adalah sebuah bentuk perlawanan kita terhadap hal-hal yang tidak berpihak kepada kaum tani, melalui forum-forum diskusi. Harapannya, dengan adanya agenda ini, bisa lebih membuka mata dan pikiran kita akan apa yang tengah mendera kaum tani. Kita akan membawa isu-isu yang dihadapi kaum tani Jambi ke dalam agenda bincang-bincang ala kaum tani. Ini bukan romantisme aktivis semata, tapi ini adalah bagian dari sebuah bentuk perlawanan,” papar Yoggy E Sikumbang Ketua Umum GEMA PETANI Provinsi Jambi.

Bincang-bincang ala kaum tani jilid IV dengan tema JUNAWAL DI AMBANG PILU dimoderatori oleh Brama Ale yang juga Ketua DPC GEMA PETANI Universitas  Jambi.

Di bincang-bincang ala kaum tani jilid IV ini hadir juga perwakilan OKP Mahasiswa di Jambi sebagai pembicara diantaranya Dio alif dari PMII, Wiranto dari GMNI, Rahman Kahfi dari HMI, Natalia Eflona Pinem dari GMKI, Gomgom dari PMKRI, Agustia Gafar dari KAMMI serta dari GEMA PETANI sendiri diwakilkan oleh Anjasmara.

Junawal adalah seorang petani yang mempertahankan haknya atas tanah yang berkonflik dengan PT Lestari Asri Jaya yang merupakan anak perusahan Barito Pasifik kepunyaan Prayogo Pangestu dan Michellin asal Prancis. Junawal ditangkap oleh Polres Tebo pada tanggal 26 Mei 2020 di rumah orangtuanya di Simpang Niam Tebo  saat bersilahturahmi Idul fitri.

Menurut Anjasmara dari Gema Petani Jambi, sejatinya mahasiswa adalah sekutunya kaum tani dan rakyat tertindas. Selain aksi demo, diskusi adalah upaya mahasiswa menyuarakan dan mencari formula penyelesaian konflik dan permasalahan yang dihadapi kaum tani.

“Sedari awal kasus Junawal ini terus kita kawal. Hingga sekarang sudah memasuki persidangan yang keenamkalinya. Harapan kita dari hasil diskusi ini para mahasiswa kembali bangga membicarakan, menyuarakan dan mencari jalan keluar dari penderitaan kaum tani miskin dan tertindas,”  tegas Anjasmara.

Menurut Gomgom dari PMKRI Jambi, sistem agraria di Indonesia saat ini sangatlah kacau. Banyak konflik yang terjadi dan melanda Indonesia, khususnya di Provinsi Jambi. Dari tahun ke tahun ada saja terus konflik agraria dan belum menemui titik temu untuk penyelesaiannya. Bahkan Sampai saat ini banyak tambahan kasus karena mungkin PERDA yang belum jelas sehingga menimbulkan efek berkesinambungan.

“Harapan saya, dengan diskusi ini semoga kelak apa yang tersampaikan di forum nanti bisa menjadi wacana di Pemprov agar kiranya mampu meminimalisir konflik agraria ini,” tegas Gomgom.

Adapun Wiranto dari GMNI mengatakan, 75 tahun sudah Indonesia merdeka, namun sampai sekarang rasa kemerdekaan itu belum atau bahkan tidak dirasakan sama sekali oleh masyarakat kecil (petani, buruh dan nelayan). Jeratan sikap kapitalisme bangsa sendiri tidak beda dari tindakan penjajah zaman dulu.

Terkhusus petani di Provinsi Jambi, menurut Wianto, adalah langkah nyata dalam mewujudkan kemerdekaan seutuhnya. Untuk masyarakat petani, belum gamblang langkah konkritnya.

“Tanggal 2 September 2020 ini, kita mahasiswa berdiskusi tentang luka dan airmata di bumi Ibu Pertiwi. Semoga diskusi kali ini memancing semangat mahasiswa untuk sama-sama peduli terhadap petani anak kandung Ibu Pertiwi,” tegas Wiranto.

Menurut Rahman Kahfi dari Himpunan Mahasiswa Islam, Petani adalah salah satu yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Penyuplai makanan untuk masyarakat adalah petani. Oleh sebab itu, sebagai mahasiswa hendaklah kita memperhatikan kesejahteraan petani.

“Saya sendiri menyoroti perkembangan petani. Sudah sejauh mana pemerintah sanggup mensejahterakan petani? Sudah sejauh mana sosialisasi peraturan tentang kesejahteraan petani? Semua tahu petani di masyarakat seperti apa. Terutama Jambi banyak masyarakat petani yang terkena dampak deskriminasi akibat ketidaktahuan masyarakat terhadap undang-undang perlindungan terhadap petani sehingga dideskriminasi oleh pihak-pihak tertentu. Salah satunya adalah Junawal, seorang petani yang ditangkap oleh pihak berwajib dengan tidak semestinya untuk membungkam masyarakat petani,” kata Rahman.

Rahman menambahkan, sebagai mahasiswa hendaknya kita sama-sama mengawal pemerintah untuk bisa mensejahterakan petani.

Flona Pinem dari GMKI menyebutkan  perjuangan Junawal merupakan bagian dari upaya untuk mencapai reforma agraria sejati dan upaya mempertahankan kehidupan. Pak Junawal adalah salah satu dari banyaknya petani dan masyarakat adat yang dikriminalisasi saat berjuang mempertahankan tanahnya untuk kehidupan.

“Kita sebagai mahasiswa diharapkan mampu menjadi kelompok penekan dan terlibat dalam perjuangan para petani hingga tercapainya reforma agraria sejati,” tegas Flona  Pinem.

Dalam diskusi ini, Flona menambahkan diinya sangat takjub melihat aksi jalan kaki yang dilakukan poleh 170 petani Karo Hilir dalam perjuangan mendapatkan tanahnya kembali. Menuutnya, ini adalah bukti bahwa PEMDA tidak mampu menyelesaikan konflik-konflik agraria di daerah.

Ia berharap, dari aksi yang dilakukan para petani Karo Hilir membuat warga Jambi semangat dan saling bersolidaritas memberi tekanan-tekanan kepada Pemda dan pemerintah pusat dalam menyelesaikan konflik agraria.

Menurut  Agustia Gafar dari KAMMI, agenda bincang-bincang ala kaum tani kali ini menunjukan bahwa OKP atau Mahasiswa Jambi peduli dengan petani.

“Sebagai mahasiswa hukum tentunya saya merasa jengkel melihat keadilan tidak berpihak pada petani dan kita harus ingat dengan asas hukum yaitu SALUS POPULI SUPREMA LEX ESTO (bahwa keselamatan rakyat merupakan hukum tertinggi). Bagi Junawal sendiri, di situlah membela petani  yang ditindas oleh perusahaan,” ujar Agustia Gafar.

Diskusi berlangsung lancar, sederhana dan penuh  khidmat.  Hasil dari diskusi, pembicara dan hadirin sepakat untuk mengawal kasus Junawal.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Junawal adalah seorang petani di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Dirinya sejak bulan Mei lalu ditangkap, ditahan, dan kini masih menjalani proses persidangan di Pengadilan Negeri Kabupaten Tebo atas tuduhan membakar alat berat. Padahal, dari beberapa kesaksian dalam persidangan, tuduhan itu terbantahkan.

Junawal, Kata Yoggy, adalah pimpinan petani yang mempertahankan hak atas tanah yang berkonflik dengan PT Lestari Asri Jaya (PT LAJ) yang diketahui merupakan anak usaha Barito Pasifik. Perusahaan bekerjasama dengan Michellin, perusahaan asal Prancis di Kabupaten Tebo (Jambi) dengan izin penguasaan lahan lebih 60 ribu hektar untuk bisnis tanaman karet.

“Bincang-bincang mahasiswa ala kaum tani ini akan terus berlanjut yang jelas hari tani besok bakalan ramai,” kata Yoggy Sikumbang (Ketum Gema Petani Jambi).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.