Kolom M.U. Ginting: Genetika dan Kepribadian Suku

genetika 2
Mahansa Sembiring (kanan) dan Jhon Tarigan (tengah) saat mengiringi penampilan Teater SIRULO di Festival Teater Tradisional Sesumut di Asrama Haji, Medan.

M.U. Ginting 2Persoalan gen, sangkut pautnya dengan watak perorangan dan watak satu suku (kultur) telah menjadi persoalan yang sangat intensif didiskusikan dan diperdebatkan dekade terakhir ini. Penentang utama dalam soal ini pada mulanya ialah orang dari etnis Yahudi. Orang Yahudi telah dengan keras menentang teori gen ini sejak Hitler menyatakan perbedaan antara orang Yahudi dengan orang Aria (Jerman).

Ketika itu, belum ada pengetahuan tentang gene dan DNA sehingga Hitler hanya membedakan tengkorak orang Yahudi dengan tengkorak orang Jerman. Dari situ dipastikan perbedaan yang menonjol antara etnis Yahudi dan etnis Aria orang putih Eropah, juga dengan tengkorak orang hitam Afrika ditunjukkan perbedaannya. Sejak itu orang Yahudi menganggap perbedaan etnis ini selalu menguntungkan politik diskriminasi Nazi Jerman.

Orang Yahudi tak ingin bicara soal perbedaan antar etnis, tetapi mengutamakan multikulturalisme, yang pada pokoknya termasuk politik orang kiri abad lalu dan yang juga didominasi oleh keturunan Yahudi seperti Karl Marx.


[one_fourth]Kebenarannya sudah menjadi kebenaran ilmiah[/one_fourth]

Pengetahuan yang semakin mendalam soal gen dan DNA terlihat semakin membenarkan teori Nazi itu, sehingga orang Yahudi masih banyak juga tetap menentang teori gen/ DNA yang ada kaitannya dengan etnisitas, kharakternya dan kulturnya. Tetapi dalam tingkat perkembangan sekarang, pengetahuan ilmiah ini sudah tak mungkin dibantah. Kebenarannya sudah menjadi kebenaran ilmiah, bahwa kharakter, kelakuan, way of thinking dan kultur satu etnis ditentukan oleh gen/ DNA etnis atau nation bersangkutan. Bahkan erat kaitannya dengan nasib serta kehidupan tiap etnis/nation.

[box type=”shadow”]

DNA links prove Jews are a ‘race,’ says genetics expert

Conjuring fear of Nazism and anti-Semitism, Jews recoil from the thought that Judaism might be a race, but medical geneticist Harry Ostrer insists the ‘biological basis of Jewishness’ cannot be ignored. http://www.haaretz.com/jewish-world/jewish-world-news/dna-links-prove-jews-are-a-race-says-genetics-expert-1.428664

Furthermore, sociologists and cultural anthropologists, a disproportionate number of whom are Jewish, ridicule the term “race,” claiming there are no meaningful differences between ethnic groups. For Jews, the word still carries the especially odious historical association with Nazism and the Nuremberg Laws.

[/box]

Kepribadian introversi/ extroversi yang sudah sering kita bicarakan di milis jelas adalah pembawaan sejak lahir, dan juga berlaku secara suku dari segi genetis/ DNA. Karena itu ethnic competition tak bisa juga dipisahkan dari genetic competition.

Kalau di Karo satu waktu sudah lebih banyak genetik/ DNA lain selain Karo maka Tanah Karo bukan lagi tanah Karo. Karena itu penambahan genetis lain di daerah Karo harus dicegah jangan sampai melombai genetis Karo sehingga genetis Karo akhirnya tersingkir seperti genetis Pakpak di Dairi atau Simalungun.

‘Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung’ tak mungkin berlaku kalau jumlah genetis pendatang sudah melebihi genetis penduduk asli.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.