Kolom Boen Syafi’i: TUHAN HADIR KE MEREKA YANG TERPURUK HIDUPNYA

Menyedihkan memang saat melihat banyaknya rumah ibadah yang katanya rumahnya Tuhan berdiri megah diantara bangunan reyot yang dindingnya retak. Kayunya lapuk. Gentengnya pun tak bisa lagi menahan derasnya hujan. Sudah begitu, bangunan megah tadi masih meminta sumbangan ke orang-orang.

Ada pula yang mintanya di jalan-jalan.

Apakah segala kemegahan itu belumlah cukup bagi Tuhan? Apakah Tuhan egois? Apa arti kemegahan jika si miskin yang berada di samping bangunan megah itu ditelantarkan dan diacuhkan keberadaannya?

Apa arti duit amal yang bermilyar-ilyar banyaknya jika yang di sampingnya terpaksa berpuasa karena tiada nasi di meja? Apa itu yang dinamakan beragama? Apakah itu yang dinamakan berTuhan?

Saya yakin, Tuhan tidak berada di bangunan megah. Tidak pula ada di otak manusia yang penuh dengan fanatisme keagamaan, yang terlalu asik menyembah simbol-simbol agama, menyembah ritual-ritualnya, hingga lupa menyembah kesejatianNya.

Tuhan berada di gubuk-gubuk reyot, yang suatu saat bisa roboh karena terjangan angin dan hujan. Tuhan berada di dekat periuk nasi yang terbalik karena tidak ada isi. Tuhan berada di dalam hati orang-orang yang sabar, yang bisa menerima keadaan dengan lapang dada.

Dan, Tuhan berada di dekat si kecil yang merindukan pelukan ayah ibunya, yang sudah berbeda dimensi alamnya.

Menyenangkan Tuhan bukan berarti harus membangunkan bangunan yang megah untukNya. Apalagi meminta-minta bantuan dengan mengatasnamakanNya. Melainkan, mampu memberikan uluran tangan, kasih sayang, dan perhatian untuk mereka yang sedang terpuruk kehidupannya.

Tuhan, tolong bisikan ke mereka yang silau dengan simbol-simbol agama, agar lebih lagi memanusiakan manusia. Bisikin sendiri ya Tuhan, jangan lewat perantara. Masak Tuhan kok kalah sama si Saiton.

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.