Kalimat penting dalam agama monotheistic adalah “tidak ada Tuhan selain Tuhan kita” malah menjadi penyebab utama lahirnya sikap intolerant karena ada semacam mantra-mantra internal yang menyuburkan fanatisme. Lebih baik belajar dari sikap Kaisar Asoka dari India pada Abad 3 SM.
Beliau memerintah sebuah kerajaan yang penuh dengan banyak sekte, agama, guru.
Lewat sikap terbuka beliau yang memandang semua orang berhak mendapat perlakuan adil dan penuh rasa kasih sayang. Di tangan beliau toleransi antar umat beragama, antara sekte dan antara guru terjalin dengan baik.
Tapi lagi-lagi, jika membaca sejarah, naik turunnya kesadaran moral manusia sebagai binatang “bijak” memang lebih banyak dipengeruhi oleh sejauh mana fanatisme berkuasa. Selama fanatisme individual atau kelompok jumlahnya minimalis maka selama itu pula sikap toleran bisa dirawat.
Jadi memang repot jika pandangan seseorang hanya bertengger pada satu Tuhan atau satu cara pandang saja, karena hasilnya bisa diprediksi kekacauaan yang tidak disadari.