Kolom M.U. Ginting: MENGEJEK HUKUMAN MATI NARKOBA

M.U. GINTING 3Jokowi di Eropah mempertahankan politik hukuman mati bagi pengedar narkoba, juga beberapa negara lainnya. Dalam pertemuan itu, soal narkoba di PBB New York kemarin, 2 pendapat bertentangan (liberalisasi narkoba dan larangan narkoba) tidak bisa ambil jalan tengah. Masih tetap dalam suasana ’status quo’. Yang liberal teruskan liberal atau mengembangkan ke arah yang istilahnya lebih ’manusiawi’, dan yang pakai hukuman mati karena sudah darurat narkoba seperti Indonesia, teruskan dengan politiknya.

Di pertemuan itu juga tidak dipakai kritik untuk negara yang mentrapkan hukuman mati terhadap kejahatan narkoba seperti Indonesia, walaupun ketika perwakilan Indonesia menyatakan sikapnya lantas banyak yang menyoraki.

Yang lebih ’menarik’ ialah pendirian pemerintah Mexico yang mengeritik badan drugsinternasional karena kegagalan politik narkobanya di dalam negeri. Sikap ini cukup bikin tertawaan saya pikir, karena soal itu hanya menunjukkan ketidakmampuan penguasa Mexico menangani narkoba di negerinya sendiri. Sampai kapanpun tuntutan begini tak akan bisa terpenuhi oleh satu badan internasional (PBB) untuk membereskan persoalan rumah tangga satu negara tertentu.

Indonesia punya pendirian sendiri dan yakin bisa menyelesaikan sendiri persoalan narkobanya. Indonesia nyatakan darurat narkoba dan patut ditangani dengan hukuman mati, karena sudah jelas narkoba sudah bikin mati 40-50 orang-orang muda Indonesia setiap harinya.

Dua pendapat bertentangan ini masih berhadapan di dunia dalam menangani narkoba. Pendapat liberal berdominasi di Barat. Tak heran juga karena neoliberal berdominasi di Barat, dan narkoba adalah salah satu dari alat ampuh neolib untuk tujuan ’global hegemony’nya. Dua lainnya ialah korupsi dan terorisme. Karena itu, kemenangan politik liberal dalam menangani narkoba adalah kemenangan politik ’global hegemony’ neoliberal.




Cobalah bayangkan kalau satu hari semua negeri dunia bikin hukuman mati bagi penjahat narkoba atau pengedar narkoba, hari itu juga narkoba akan hilang total, dan hilang fungsinya sebagai alat neolib ’global hegemony’ itu. Tetapi ini tidak mungkin, karena pengaruh neolib sangat kuat di seluruh dunia.

Perlu diingatkan lagi bahwa satu-satunya alat yang ampuh melawan 3 senjata neolib itu ialah KETERBUKAAN DAN PARTISIPASI PUBLIK. Semakin banyak dibuka dan semakin banyak partisipasi publik dalam menelanjangi KEGELAPAN neolib ’global hegemony’ dalam soal narkoba, korupsi dan terorisme, semakin berkurang dominasi neolib.

Jaman keterbukaan serta partisipasi publik sudah tiba. Keterbukaan dan partisipasi publik adalah pembuka sejarah baru kemanusiaan.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.