Idap Penyakit Cacar, Bocah Ini Tidak Memiliki Biaya Berobat

Bina Br Tarigan tinggal di gubuk bambu milik orang lain.

 

IMANUEL SITEPU. STM HULU. Kemiskinan dan penyakit cacar yang dideritanya membuat Sri Perbina beru Tarigan alias Bina (12) tidak bisa merasakan kebahagian seperti anak seusianya. Bahkan, warga Desa Tiga Juhar (Kecamatan STM Hilir, Deliserdang) ini bakalan mengalami cacat seumur hidup, jika tidak mendapat uluran tangan dari dermawan.

Ditemui di kediamannya dalam gubuk reot di tengah areal perladangan milik warga, kedua orangtua Bina, Balas Tarigan (40) dan ibunya Erlita boru Sagala (35), menuturkan, saat ini, ia cuma bisa pasrah dengan penyakit yang diderita oleh putri mereka.

“Kami tidak memiki rumah tempat tinggal. Kami hanya tinggal di dalam gubuk di tengah ladang berlantai tanah berdinding tepas yang sudah rewot milik warga yang iba melihat nasib keluarga kami. Kami cuma bisa pasrah namun sangat berharap uluran tangan untuk membantu perobatan anak kami,” ujar Erlita sedih.

Soalnya, sambung Erlita, suamimya Balas Tarigan, tidak memiliki pengahasilan tetap. Keseharian suamimya hanya bekerja sebagai buruh harian lepas di areal perladangan milik warga sekitar. Sementara, Erlita setiab hari cuma bisa mengurus ketiga anaknya.

“Bagaimana saya bisa menambah penghasilan suami saya sementara saya harus mengurus anak saya ini,” tambah Erlita.

Lanjut dikatakan, penyakit yang diderita putrinya berawal ketika lahir 17 Maret 2005 lalu. Saat itu, kata Erlita, anaknya menderita panas tinggi (steep) dan, kemudian, dirawat di sebuah  rumah sakit umum di Medan. Berdasarkan diagnosa dokter, Bina mengalami kelainan pada bagian otak kecilnya. Dia harus menjalani rangkaian perawatan medis dan terapi.

“Waktu discane di rumah sakit, anak saya dikatakan menderita kelainan di otak kecilnya dan harus terapi, tapi kami tidak memiliki uang. Saran dokter itu tidak bisa kami jalankan,” kata Erlita dengan mata berkaca kaca.

Erlita terlihat tak sanggup membendung air matanya. Sambil menggendong anaknya ia menceritakan sikap anak keduanya itu, sampai usia beranjak 12 tahun ini anaknya tidak bisa beraktivitas sendiri bahkan untuk makan sendiri harus dibantu. Selain tidak bisa berbicara, Bina bahkan tidak sanggup merangkak seperti bayi. Untuk pindah tempat Bina berupaya dengan mengesot, hal ini mambuat salah satu orangtuanya harus menjaga Bina tiap harinya.

Karna tidak memiliki biaya untuk berobat, orangtua Bina mengaku pasrah untuk kesembuhan putrinya.

“Hanya doa yang bisa kami mohonkan untuk kesembuhan putri kami, melihatnya seperti ini hati saya cukup teriris, tapi kami orang tuanya tidak berdaya,” aku Erlita.

Erlita masih berharap, agar putrinya bisa mandapat perawatan yang layak. Kepada dermawan, donatur dan  pemerintah, berharap berkenan membantu. Sejauh ini kata Erlita, keluarganya  tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah termasuk program-program yang digalakkan pemerintah tidak pernah mereka dapat.

“Kami pernah dengar banyak program pemerintah untuk warga miskin seperti kami, tapi tidak satupun yang pernah kami terima,” ujarnya.

Selama ini konsultasi dan pemeriksaan kesehatan yang sudah dilakukan orangtua Bina adalah pemeriksaan ke RSU Sembiring Delitua dan telah diagnosa sementara oleh dokter agar diterapi lebih lanjut. Pengobatan dan terapi yang dimaksud diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp 35 juta, termasuk tindakan lanjutan berupa pengobatan yang rutin dan tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Menanti perhatian dari pemerintah kabupaten Deliserdang ataupun pemerintahan Propinsi maupun Pemerintah Pusat untuk perhatiannya, dan uluran tangan dari hati bapak/ ibu yang peduli akan kepedulian kesembuhan Bina dari penyakitnya saat ini. Semoga dengan ini, tindakan pengobatan Bina dapat segera dilaksanakan harapnya,




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.