Kolom Ganggas Yusmoro: AKU INGIN JADI PRESIDEN, TAPI …………

NKRI dengan Pancasila dan UUD 1945 sudah harga mati. Tidak boleh diganggu gugat. Negara yang majemuk dengan sebutan Bhineka Tunggal Ika juga sudah terbukti menyatukan negeri ini. Namun, apakah Pancasila dan UUD 1945 yang mengatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk dicalonkan menjadi pemimpin di suatu daerah apalagi menjadi orang nomor satu di Indonesia?

Di sinilah persoalannya, meski dikatakan secara hukum setiap warga negara berkedudukan sama di mata hukum serta hak yang sama, namun dalam prakteknya, ketika agama sudah campur tangan, ketika agama sudah menjadi barang asongan, aturan tetap aturan. Pasal dan Ayat yang ada di UUD 1945 seperti dilupakan,dianggap tidak penting. Konon lebih penting agama.

Lalu apa yang terjadi? Orang-orang yang berprestasi, orang-orang yang kredibel , dan orang-orang yang berkwalitas bisa ditelkung dan dihabisi karena dianggap tidak segolongan, dianggap tidak mewakili selera mereka.

Jika ini dibiarkan, tentu saudara-saudara kita dari Papua, Ambon manise, Menado, Bali, Sumut, atau saudara saudara yang mempunyai nama Lukas, Anntonius atau nama-nama Nasrani lainnya akan berpikir seribu kali untuk mempunyai cita-cita yang sama dengan anak-anak yang merasa mayoritas.

Nah, jika saja agama tidak lagi dicampur aduk dalam urusan politik, Pancasila dan UUD 1945 dipraktekkan secara murni dan konsekuen, siapapun anak bangsa tentu akan mempunyai nyali yang sama untuk berteriak seperti anak-anak yang lain: “AKU INGIN JADI PRESIDEN.”

Yang lebih indah lagi, ada aturan yang melarang simbol-simbol agama dalam partai politik. Aturan tersebut mengatakan: “Agama ya agama, politik ya, politik.” Toh nyatanya dalam prakteknya partai yang memakai simbol-simbol agama hanya untuk membohongi rakyat. Untuk menipu masyarakat yang masih gampang dibodohi dengan janji surga. Faktanya banyak orang-orang partai yang berbasis agama ternyata orang-orang bejat.

Lalu Tokoh Agama Fungsinya untuk apa ?

Seperti di negara-negara lain yang sudah memisahkan agama dalam urusan politik, tokoh agama memberi pencerahan. memberi cahaya terang. Menyadarkan umat manusia jangan jadi maling, jangan jadi koruptor, jangan suka memfitanah, jangan suka menebar kebencian dan lain sebagainya.

Jika saja bayangan indah ini bisa terlaksana, tentu negeri yang elok ini, di Negeri Zamrud Katuliswa ini akan selalu bermunculan pemimpin-pemimpin yang mumpuni dari Sabang hingga Merauke, dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote, yang tidak akan didiskriminasi oleh Suku, Agama, dan Ras,. Tentu akan selalu muncul pemimpin yang bekerja orientasinya untuk kesejahteraan rakyat. Bukan seperti pemimpin terpilih di DKI sekarang.

Entah sampai kapan kita semua hanya bisa membayangkan. Entah sampai kapan anak bangsa yang ada di Indonesia Timur, Indonesia Tengah, entah sampai kapan yang disebut minoritas mempunyai cita-cita.

“Aku ingin jadi Presiden !!”

Boleh dong membayangkan hal Ini?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.