Internal Kolonialisme?

bastantaspandukTentunya masih melekat di ingatan kita, iklan salah satu partai politik yang disiarkan secara nasional. Menggaungkan jargon anti korupsi, katanya: “Katakan tidak untuk korupsi!” Hasilnya, partai ini berhasil meraih suara besar dan menduduki mayoritas kursi di Parlemen. Namun, sangat disayangkan, tidak lama setelah iklan itu, hampir semua bintang iklan tersebut yang juga kader dari partai tersebut terjerat kasus korupsi dan beberapa diantaranya sudah divonis bersalah.

Barusan saya melihat satu postingan di facebook, salah satu akun meng-upload foto spanduk yang bertuliskan, “RESPON PERLINDUNGAN ANAK DALAM SITUASI DARURAT BENCANA – ( PONDOK ANAK CERIA ) – DI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA” Apa yang salah?

Tentunya, kalau kita baca tulisannya, isinya sangat baik. Tetapi yang membuat saya terganggu ialah gambar latar dari spanduk tersebut, dimana di sana tampak gambar Gunung Sinabung dan di bawahnya jelas tampak Rumah Adat Batak (Toba).

Pertanyaannya, mengapa rumah adat Batak? Sebab jelas spanduk itu diperuntukkan dan berada di Kabupaten Karo (Taneh Karo) dan sipembuat spanduk pun saya sangat yakin tahu dan menyadari akan hal ini.

rumah adat karo 2
Rumah adat Karo dengan latar belakang Gunung Sinabung.

Selanjutnya, perlu diketahui, jika di Taneh Karo atau di kaki Gunung Sinabung tidak pernah ada berdiri Rumah Adat Batak. Tapi kalau Rumah Adat Karo, itu banyak.

Sengaja memang saya tidak mengomentari foto ini, karena saya yakin banyak yang membacanya akan salah paham dan menuduh saya RASIS, seperti yang selama ini saya alami. Tetapi, jika dibiarkan juga ini tidak baik dan merugikan bagi Kekaroan ke depan.

Hanya harapan saya, kepada siempunya spanduk agar segera memperbaikinya dan menghargai kearifan lokal yang ada, yakni kekaroan. Sebab, saya yakin siempunya spanduk itu tahu itu salah, walaupun mungkin sengaja dan penuh dengan kesadaran melakukan kesalahan itu. Seperti pengantar di atas.

Mejuah-juah! (Salam/ sapaan Karo)


One thought on “Internal Kolonialisme?

  1. Jelas ini masih dalam rangka pembatakan dari segi lain, mengelabui mata khalayak ramai bahwa gunung Sinabung itu adalah daerah Batak disitu adanya rumah adat Batak, pada hal tidak begitu. Yang begini masih akan tetap ada, selama ethnic competition masih tetap sengit terutama di Sumut ini. Dulu bahkan mau diubah nama Tahura jadi si singa. Betul sikap BS soal ‘kecil’ ini tak bisa didiamkan saja. Katakan apa yang harus dikatakan, pencerahan bagi khalayak ramai yang masih belum membaca dan mengerti perubahan ilmiah dalam persoalan ‘Karo Bukan Batak’. Orang Batak sudah mengerti dan sudah banyak pengakuan seperti artikel di SS, tetapi kuitna ka arah gamang sideban. Cerahkan terus KBB sampai 200 juta rakyat negeri ini hafal betul dan paham taktik ‘internal colonialism’ itu dan memahami siapa Karo dan siapa Batak seperti pengertian umum siapa Jawa siapa Madura atau Sunda.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.