Kolom Boen Syafi’i: INTROSPEKSI DULU, PAK

Ah, kayak Indonesia sudah bener aja Pak. Mau ngomong itu mbok yo ndelok gitok’e terlebih dahulu (instrospeksi), biar nanti bicara nya tidak berbalik menyerang diri sendiri. Kayak negara ini sudah bener saja mengurusi toleransi antar umat beragama. Kalau negara ini sudah baik mengurusi keberagaman, antar rakyatnya mau memahami satu sama lain, memiliki toleransi yang sangat baik, dan jika ada pelaku tindakan intoleran ditindak tegas (apapun agamanya) oleh pemerintah ….

Maka sah-sah saja ikut mengecam tindakan Prancis.

Lha nyatane? Amburadul. Berapa banyak ketimpangan hukum yang berkaitan dengan pasal penistaan agama di Indonesia? Jika yang melakukan penistaan itu mereka yang minoritas, maka sepertinya cepat-cepat saja mereka ditindak tegas.

Jika yang melakukan itu mayoritas, ah …. selembar materai masih cukup sakti untuk menghambat mereka masuk penjara. Bahkan ada yang sama sekali tidak diproses hukum, meski nyata-nyata menghina simbol milik agama lain.

Siapa? Babang tamvan Abdul Somad adalah contoh salah satunya.

Jadi mbok yo diurusi dulu intoleransi yang kian mewabah di negeri ini, Pak. Jangan seperti pepatah “semut di seberang lautan tampak jelas, namun gajah di pelupuk mata malah tidak tampak sama sekali”.

Seperti kasus Ibu Meliana di Tanjung Balai yang cuma mengeluh suara adzan terlalu keras, itupun hanya ke ketetangganya saja, eh langsung dibakar rumahnya, plus tambahan hukuman bui 1 tahun 8 bulan. Di mana perhatian anda?

Lalu, kasus penolakan pembangunan tempat ibadah milik agama lain yang sangat masif di mana-mana. Lantas, di mana kehadiran orang-orang seperti anda? Lagian, jika mudah tersinggung dengan hinaan, olok-olok apalagi makian, apakah itu bisa dikatakan sebagai ajaran damai, Pak?

Bukankah damai itu bisa terbebas dari segala ketersinggungan, kebaperan, hingga mudah memaafkan? Bukankah ini sangat kontradiksi, Pak Mahfud MD? Apakah perlu diedit ulang slogannya, nih? Ditulisi dengan syarat dan ketentuan gitu?

Sudahlah, Pak, urusi saja tsunami intoleransi di negeri ini. Wong kaliyen yang di atas terlihat impoten jika berhadapan dengan Kadrun. Begitu pun kok sok-sokan mengecam kedaulatan milik negara lain?

Tertibkan speaker-speaker di tempat ibadah yang suaranya mengalahkan suaranya pesawat ulang alik itu juga, Pak.

Ahsudahlah..

“Ah untung wae Tuhan gak kayak si Sugik Nur yo, Cak?”

Emang kenapa kalau Tuhan seperti si Sugik Nur, Di Paidi?

“Yo, pasti tiap speaker dinyalakan, Tuhan akan auto teriak. Aku gak budeg bol dobol! Matane picek og.”

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.