Kolom Boen Safi’i: JAKARTA YANG INDAH

Tempo hari, kami sekeluarga memutuskan untuk mengunjungi sanak famili yang ada di Jakarta. Setelah berkemas-kemas dan membawa bekal secukupnya, kami pun siap untuk berangkat. Seperti biasa, sopir kami selalu siap mengantarkan kami sekeluarga ke tempat tujuan. Dan, akhirnya kami pun berangkat, tak lupa kami membaca basmalah untuk keselamatan.

Sang sopir pun bertanya, sudah kah? Kami jawab sudah, pak. Sang kernet pun langsung berteriak, taaariikkk. Oh sungguh bus umum yang nyaman untuk ditumpangi. Lima jam berlalu dan sampailah kami pada tujuan, yakni Terminal Pulo Gadung. Dalam hati berkata, wow exelent Jakarta berubah sangat drastis.. ckckckck..




Oh Jakarta, kami tak percaya engkau berubah secepat ini. Padahal dulu jamanya Si Ahok, engkau masih berupa daratan. Sekarang di tangan dingin Sang Gabener yang santun dan halal, engkau berubah menjadi kota perairan yang indah.

Biasanya kalau ke tempat sanak famili menggunakan busway, sekarang busway itu hanya tinggal kenangan. Kami sekeluarga menaiki gondola seperti halnya di Venezia Italia. Cuma bedanya, kalau gondola di sana pake kano yang indah dan nyaman, sedang gondola di sini pake rakitan bambu yang penumpangnya hanya bisa berdiri.

Tapi gak papa, yang penting kami bisa menikmati pemandangan yang luar biasa cantiknya (soale samping istri ada cewek mirip Mia Khalifah). Terlihat di pinggir daratan kota berjejer becak air, ojek terbang, hingga pasar apung yang menyajikan kuliner beraneka rasa.

Polisi dan Dishub yang biasanya pake motor ataupun mobil, kini hanya menggunakan perahu bot. Atau lebih besar lagi mereka gunakan tongkang untuk keseharian operasionalnya, sambil mengawasi sopir perahu yang tidak menggunakan helm dan sabuk keselamatan..

Sekarang, kami gak usah jauh-jauh untuk pergi ke Venezia hanya untuk menikmati indahnya kota yang penuh air. Karena di Jakarta pun sudah ada, benar benar fantat’is eh fantatis visi misi beliau. Dan janji manis tentang “maju warganya, tenggelam kotanya” menjadi kenyataan.

Tiba-tiba, gondola yang kami tumpangi mangalami kebocoran, kami sekeluarga pun panik. Dan byurrr, terdengar suara istriku yang sangat keras: “Mas tangi-tangi ayo bangun, sudah siang ko molor aja? Lihat rumah kita kebanjiran, lho!! (Ah ternyata cuma mimpi dan aku tercebur di rumahku sendiri yang kebanjiran).

Salam Jemblem.








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.