Jangan Biarkan Lembah Sibayak Tinggal Sendiri

herlina 3

Oleh: Herlina Surbakti (Medan)

 

 

 

doulu 3Saya baru saja menyadari, semakin lama kita hidup semakin panjang “memory lane” yang kita lalui. Saya memulai sejarah hidup saya dilahirkan di Rumah Sakit Kabanjahe dibantu oleh dokter Bobbyloff dan dibawa pulang ke Desa Doulu ingan pusungku ndabuh. Ada pengalaman-pengalaman saya yang mungkin bisa membantu warga Desa Doulu yang semuanya adalah kerabat saya. Mereka tidak mampu melawan manipulasi yang diciptakan agar akar mereka bisa di cabut dari Lembah Sibayak.


Menurut info yang saya dengar, kira-kira 5 tahun lalu ada organisasi yang menyatakan Desa Doulu itu adalah bagian dari Hutan Lindung Leuser. Bagaimana itu menjadi Hutan Lindung Leuser kalau pemerintah kolonialpun sudah mengakui Lembah Sibayak adalah tanah ulayat di Dataran Tinggi Karo?

Saya tertarik menuliskan ini sehubungan dengan kabar burung yang mengatakan jalan masuk ke Desa Doulu adalah jalan kuda yang dibuat Belanda. Yang pasti saya ingat, jalan itu dibangun oleh masyarakat Doulu, generasi orangtua saya sesudah Kemerdekaan Indonesia diakui oleh PBB tahun 1949. Jalan tersebut dibangun pada pertengahan tahun 1950an.

Masyarakat Karo di Desa Doulu sedang giat-giatnya membangun. Mereka semua tua-muda dan anak-anak kecil (karena tidak ada orang yang jaga) semua ikut bergotong-royong membangun jalan. Saya masih ingat semua laki-laki desa menebang pohon dan menggeser batu-batuan yang sangat besar supaya ada ruangan membuat jalan.

doulu 4
Jalan menuju Rajaberneh

Saya senang mendengar semua laki-laki tua muda meneriakkan kata “AH OU OULEI” sembari menarik pohon atau batu-batuan besar yang merintang. Saya ingat waktu itu, selalu ada lonceng dengan suara besar atau mungkin juga terompet tanduk yang ditiup untuk istirahat makan atau mengganti shift bekerja.

Masyarakat Doulu semua bekerjasama dan berkolaborasi. Mengapa pula ada orang-orang yang mengatakan jalan tersebut adalah Jalan Kuda buatan Pemerintah Belanda? Mengapa pula ada orang yang mengatakan Masyarakat Lembah Sibayak adalah masyarakat terasing?

Jalan menuju Desa Rajaberneh dibangun kemudian atas inisiatif anak kuta Rajaberneh. Mereka membangun jalan di atas tanah milik anak kuta Doulu. Mereka selalu bekerjasama.
Generasi muda harus tahu ini.


[one_third]Dayaken kalak geluh-geluhen[/one_third]

Saya selalu mendengar cerita ibu saya tentang Polisi Kehutanan Belanda (kalau tidak salah namanya adalah bossesen) sering datang ke Lembah Sibayak untuk memantau kegiatan warga setempat. Oleh karena sudah menjadi kebiasaan maka sampai saat ini, saya tahu, bahwa masyarakat tahu sampai batas mana pinggir desa yang boleh digarap oleh mereka. Kalau kita sudah diissukan sebagai masyarakat terpencil maka kita harus hati-hati. Gelah ula kita dayaken kalak geluh-geluhen.

doulu 5

Ada pula issu yang sampai ke telinga saya dari orang desa yaitu saudara-saudara saya bahwa semua anak remaja sudah mengenal narkoba dan anak-anak laki-laki katanya sudah tahu ngeLEM yang artinya menghisap lem cap kambing. Saya baru mendengarnya di Desa Doulu. Jadi, yang belum terkontaminasi hanyalah anak-anak perempuan saja.

Bahan untuk renungan! Apakah kita akan mengikhlaskan HANYA anak-anak perempuan Karo yang menjadi pemimpin masa depan?

Berita Terkait:
Aqua dan Warga Doulu (Bagian 1)
Aqua dan Warga Doulu (Bagian 2)

Penandatangan MoU Aqua Ditolak

Kolom M.U. Ginting: Aqua dan Lembah Sibayak

2 thoughts on “Jangan Biarkan Lembah Sibayak Tinggal Sendiri

  1. Sebetulnya penting untuk meneliti rekam jejak SOI tsb termasuk orang2 dibelakangnya shg diketahui kompetensi dan komitmen mereka thd masyarakat lembah Sibayak.

  2. Artikel Miss Karo kali ini lebih jauh lagi memperkenalkan kegigihan dan kebangkitan masyarakat lembah Sibayak.
    “jangan biarkan lembah sibayak tinggal sendiri” adalah satu gagasan atau ide penting sekarang bagi survival Karo sebagai etnis dan kultur mandiri.dengan daerah ulayatnya yang jelas Karena ungkapan ini juga sudah menjadi mata pelajaran dalam kehidupan modern Karo, tepatnya setelah kita berhenti memakai senjata dalam menyuarakan perjuangan kita. Ketika Belanda kita pakai senjata atau angkat senjata. Setelah itu kita lepaskan senjata tetapi lupa angkat bicara, atau sungkan angkat bicara. Akibatnya ialah orang lain angkat bicara untuk kita. Adi la kita ngerana, kalak sideban ngeranaken kita. .

    Enda enggo melala terjadi. Juma Pengkih iasak kalak Teba. Juma Tombak, bagepe 9 desa Bangunpurba. Tahura mau dijadikan ‘sarang singa’, penipuan kalak Batak bas guro aron Palembang. lagu Batak disunglap jadi lagu Karo termasuk menipu gubernur yang tak mengerti bedanya Karo dan Batak. Terakhir enda ka PEMBODOHAN KARO di Aqua oleh orang-orang Batak Aqua.

    Pengalamen-pengalamen si perlebe enda kerina banci ikataken ‘kalak Karo setempat ditinggalkan SENDIRIAN.oleh orang-orang Karo sienterem. Enda payo bagi sikataken Herlina Surbakti, ulanai sipediat kalak Karo si tertipu enda sisada.

    Isepe adi la dat dukungen atau la kapna lit sindukungsa, jadi menyerah atau pasti talu. Enda psikologi biasa. Bagekin jiwa jelma terutama kalak Karo si erat ka hubungenna ras sifat umumnya introvert. Lit ka naai sifat kebanggan atau disuruh supaya kita bangga emkap SINGLE FIGHTER Karo. Enggo melalasa pengalamenta, ujung-ujungna gagal kerina single fighters enda, tanpa pendukung ndai. Tapi adi lit kapna dukungen sikuat, bandi luar biasa hasilna. Ena enggo melala terjadi bas kita Karo, sipebue terus. Sibantu uga litna pe gagasen/ide Herlina, arahe kita kerina membangkitkan diri.

    Kejadian ,Doulu enda kapken erat kaitenna ras ethnic competition bas soal SDA (ijenda SDA Karo, bagepe kemungkinan asak. .
    -asak lembu daerah ulayat Karo. Adi la kita pang ngenehen persoalen enda bas persaingan etnis, pasti talu kita, sebab HAKEKATNA enda nge soalna. Kaipe persoalen sideban, kuncina tetap nge persaingan menyisihkan Karo dari SDAnya dan daerahnya. Enggo melalasa pengalaman.

    Nina Darma Lubis (SOI) orang-orang Batak disini karena orang-orang setempat telah gagal, walaupun dia katanya tak setuju ‘batakisasi’ daerah pegunungan Sumut. Senang tak senang atau setuju tak setuju, ini kan persaingan etnis dalam rebutan SDA dan tanah. Disini SDA Karo dan tanah ulayat Karo, tak beda dengan Kuta Pengkih, Juma Tombak, 9 desa Bangunpurba dan Doulu ini.

    MUG

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.