Kolom Boen Syafi’i: JATIM TERASUKI VIRUS INTOLERAN — Desa Ngastemi Bangsal Mojokerto Viral

Ya, desa yang hanya berjarak 2.5 km atau 6 menit perjalanan pakai motor dari SPN (Sekolah Polisi Negara), terbesar di Jatim saat ini, tengah disorot orang se-Indonesia, gara-gara surat edaran dari Kades Ngastemi yang melarang Umat Kristen beribadah di rumahnya sendiri.

Surat edaran ngaco bin vekok ini sangat memalukan bagi masyarakat Jatim sekaligus NU yang terkenal toleran serta plural.

Umat agama lain dilarang beribadah di rumahnya? Lah, emang kalau tahlilan, barjanji, dan sholawatan yang masih pakai speaker segede gaban buatan tapir itu termasuk dangdutan kah?

Desa yang terkenal dengan olahan kuliner kerupuk rambak dan es tapenya ini kok bisa-bisanya warganya berfikir ke belakang?Padahal, yang saya ketahui, Masyarakat Mojokerto pada umumnya tidak seperti mereka yang ada di Desa Ngastemi yang sangat diskriminatif serta intoleran.

Masyarakat di Mojokerto itu pada umumnya tidak suka ngurusi ibadah orang lain. Jangankan ngurusi ibadahnya orang lain, wong ibadahnya sendiri wae terkadang tidak mereka urusi. Mojokerto itu basis Abangan, basis NU dan juga basis pegiat budaya nasional.

Fakta tertularnya virus intoleran di Desa Ngastemi Bagsal Mojokerto ini semakin membuktikan bahwa, di Kandang Abangan, NU ataupun pegiat budaya sekalipun, virus ini sanggup merasuk ke dalamnya.

Ya kelihatan sepele memang, tapi jika Jatim saja sudah kebobolan, lantas bagaimana dengan daerah lainnya? Jangan anggap enteng masalah seperti ini. Jika Jatim tabiatnya sudah menyerupai wilayah basisnya intoleran, maka silahkan ucapkan selamat tinggal, bagi slogan Bhinneka Tunggal Ika.

Ah, rupanya dekat dengan SPN tidak menjamin daerah tersebut akan bersih dari gerakan intoleran.

Indonesia sudah darurat parah dengan adanya manusia-manusia yang mabuk dogma. Entahlah sampai kapan stakeholder masih saja diam dengan masalah seperti ini.

Jalan tol itu memang perlu, Pak, tapi buat apa ada jalan tol jika nantinya bakal dihancurkan, oleh karena adanya perang saudara?

Hapus peraturan SKB dua menteri yang sama sekali tak berguna itu, Pak, sebelum semuanya terlambat. Jika terlambat, maka akan seperti pepatah: Nasi sudah menjadi bubur, dicampur suwiran ayam, irisan seledri, kedelai goreng, sedikit kecap maka jadilah bubur ayam.

Ahsudahlah..

“Eh Cak, bungkus dua buburnya, ya. Tapi ayamnya dipisah.”

Kok dipisah, Di, Paidi, emang kamu alergi ayamkah?

“Gak Cak, ntar kalau ayamnya gak dipisah, bisa-bisa bubur saya habis dimakan oleh ayamnya.”

Weladalah???

Salam Jemblem..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.