JENDERAL HOEGENG, KEJUJURAN, DAN KETEGASAN

Dedy Nur, ST

Caleg DPR RI no urut 2 PSI Dapil Bali.

Mendengar nama beliau, saya jadi teringat dengan Gus Dur yang sama-sama kita kenal sebagai Bapak bangsa Indonesia yang mempopulerkan istilah GAKR “Gitu Aja Kok Repot”. Kalau Hoegeng, kita kenal sebagai seorang Jendral polisi yang hidupnnya lurus dan jujur. Menurut Gus Dur, hanya ada 2 polisi jujur di Republik Indonesia, pertama Hoegeng dan yang ke dua polisi tidur.

Pernyataan spontan dari Gus Dur saya kira berpijak di atas kenyataan bahwa institusi kepolisian memang mengidap “image” yang sangat buruk di mata Rakyat Indonesia.

Walaupun usaha-usaha perbaikan image tersebut sudah pernah diupayakan oleh seorang Hoegeng sekalipun, hasilnya tetap saja masih belum menjawab image hampir permanen dalam masyarakat bahwa polisi tetap saja sasaran sinis dari rakyat; baik pada level jalanan hingga pada level pencakar langit.

Namun, kita tidak bisa menutup mata begitu saja bahwa dalam institusi kepolisian tetaplah bersembunyi orang-orang yang berkarakter jujur dan lurus. Cuman saja, mungkin jumlahnya tidak banyak. Mengapa orang-orang jujur dan lurus tidak banyak jumlahnya? Bisa jadi karena tradisi yang dibangun dalam institusi kepolisian bukanlah tradisi yang jujur dan lurus, tapi tradisi ABS “Asal Bos Senang”.

Perhatikan saja bagaimana proses rekruitmen polisi yang wajib melibatkan uang sogokan cukup besar, agar seseorang bisa diterima sebagai seorang polisi.




Kemarin, saat berkunjung ke rumah Hoegeng dan berbincang santai dengan salah satu anak beliau yang biasa saya pannggil Ibu Reni, saya mendengar sebuah cerita klasik yang menurut saya sangat menginspirasi. Salah satunya adalah Hoegeng justru gagal menjadi salah seroang perwira di lingkungan TNI hanya karena Hoengeng menolak memberikan tanda tangan sebagai seorang ayah, alasannya simple.

Sebagai seorang Jendral Polisi yang punya pengaruh besar, beliau tidak ingin terlihat bernepotisme oleh karena alasan anak, karena sikap keras itu akhirnya sang anak harus gagal. Padahal, mungkin bagi anak Jendral sekarang apapun akses akan diberikan demi membahagiakan seorang anak, walaupun menabrak prinsip-prinsip dan kode-kode etik yang berlaku dalam sebuah jabatan publik.

Tapi, bagi seorang Jendral Hoegeng, urusan publik dan urusan pribadi harus terpisah dengan ketat. Itu cuman satu contoh dari sikap tega seorang Jendral Hoegeng dan prinsip itu diterjemahkan oleh keluarga beliau secara konsisten, sehingga apapun yang terkait dengan Jendral Hoegeng semua soal dua hal bersikap Jujur dan berseikap Tegas pada hal-hal yang sudah sangat jelas.

Yang jelas saya belajar banyak dari pertemuan langsung dengan keluarga besar Jendral Hoegeng dan berusaha sekuat tenaga untuk meneladani sikap Jujur dan Tegas beliau, karena memang urusan publik dan urusan keluarga terutama bagi mereka yang terkait dengan jabatan tinggi sangat sensitif. Jika gagal maka efek sampingnya juga sangat mengerikan, tapi jika berhasil efek sampingnya juga akan sama besarnya.





Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.