JIWA SOLIDARITAS DJAROT

Oleh: Robinson Ginting Munthe

Bagi sebagian orang yg baru mengenal Djarot barangkali masih belum yakin betul apakah blusukan, kunjungan dan kepedulian Djarot pada rakyat kebanyakan dan wong cilik lainnya murni karakternya atau dalam rangka mendulang suara semata.

Saya terkenang ke tahun 1982 ketika salah seorang teman sekelas kami di UB Malang, Mas Gatot, meninggal dunia dan dimakamkan di Probolinggo (Jatim).

Teman sekelas dan beberapa senior GMNI termasuk Mas Untung (abang kandung sekaligus salah seorang mentorĀ politik Djarot, mahasiswa Kedokteran UB Malang ketika itu) datang melayat, mengingat Alm. Gatot juga anggota GMNI.

Di Jawa, dikenal tradisi lek-lekan (begadang semalam suntuk) sebelum acara pemakaman besok harinya. Menjelang subuh, sebagian besar kami sudah tertidur (saya tergeletak tidur-tidur ayam) karena kelelahan. Hanya beberapa orang termasuk Djarot dan Mas Untung yang tetap melek sembari ngobrol sampai pagi.

Itu salah satu dari banyak contoh kepedulian Djarot kepada orang lain. Dari dulu kalau melihat kesulitan orang lain dia langsung tersentuh. Jiwa solidaritasnya kuat.









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.