Kolom Asaaro Lahagu: JOKOWI BUKAN ORANG SEMBARANGAN

Asaaro Lahagu

Jokowi bukan orang semberangan. Dia satu-satunya orang Indonesia yang memenangi lima ajang Pemilu langsung berturut-turut. Ia memenangi 2 kali pemilihan Wali Kota Solo, 1 kali PIlgub Jakarta dan 2 kali Pilpres dengan sederet prestasi hingga saat ini.

Ketika masih menjadi Walikota Solo, namanya masuk kategori 25 walikota terbaik di dunia versi The City Mayors Foundation.

Ia duduk di urutan pertama sebagai walikota terbaik. Posisi berikutnya diisi Walikota Tel Aviv (Israel) (Ron Huldai), disusul Walikota Anegeles Citu (Filipina) (Edgardo Pamintuan), dan Walikota Changwoon City (Korea Selatan) (Park Wan Suu), serta Walikota Ankara (Turki) (Zelih Gokcek).

Pada tahun 2013, Jokowi dinobatkan menjadi satu dari 134 tokoh terkemuka dunia versi pembaca majalah Foreign Policy yang diterbitkan di Amerika Serikat. Nama Jokowi masuk dalam kategori tokoh yang telah membuat gebrakan baru.

Majalah tersebut menulis, nama lelaki jebolan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada ini menjadi sangat populer karena sering blusukan ke tengah masyarakat.

Majalah Globe Asia menjadikan Jokowi sebagai tokoh pada edisi Januari 2014. Majalah terbitan Globe Media Group ini menyematkan gelar “Man of the Year” pada Gubernur DKI Jakarta 2012-2014 itu. Dalam uraiannya, Globe menjelaskan Jokowi sebagai pemimpin yang mendefinisikan ulang arti kepemimpinan.

Namanya terus menarik perhatian dunia. Majalah Fortune tahun 2014, saat dia masih Gubernur DKI Jakarta, namanya masuk sebagai 50 pemimpin terhebat dunia. Dia nangkring di nomor 37 dari 50 pemimpin terhebat.

Ia dinilai sebagai pemimpin yang telah banyak melakukan perubahan, dari soal tata ruang, hingga penanganan korupsi.

Dari posisi Gubernur DKI Jakarta, ia kemudian melamar jadi Capres. Permainan SARA berhasil ia padamkan. Ia menang. Kiprahnya memimpin Indonesiapun menarik perhatian dunia. Ia pun masuk sebagai salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh di dunia tahun 2015 oleh majalah Time.

Selama menjadi Presiden di periode pertama, ia membangun infrastruktur masif yang luar biasa di seluruh Indonesia. Ia juga menelurkan program TAx Amnesty yang sukses besar. Di periode ke duanya, golongan menengah di Indonesia berkembang pesat.

Ia juga tak segan membubarkan organisasi keagamaan yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara khilafah. Di saat yang sama ia berhasil menunjukkan kepemimpinan bernafaskan Islam di negerinya.

Pada tahun 2019, situs Themuslim.com merilis nama-nama 500 tokoh muslim yang berpengaruh di dunia. Dan untuk peringkat 50 besar nama Presiden Joko Widodo. Namanya menempati urutan ke-13. Jokowi dinilai sebagai politikus yang bersih dari tuduhan korupsi dan nepotisme.

Kendatipun ia sudah banyak menorehkan prestasi, masih banyak orang yang nyinyir dengan kekuatannya. Mereka lupa bahwa Jokowi adalah orang yang dua kali menyingkirkan Prabowo di Pilpres yang notabene dari militer dan menantu penguasa Orba, Soeharto.

Banyak tokoh, jenderal dan konglamerat di negeri ini ngebet melengserkannya. Mereka menganggapnya sepele. Mereka masih melihatnya orang biasa, tukang kayu dan tak paham strategi militer. Mereka yakin bahwa mudah menurunkannya dari jabatannya sebagai Presiden.

Amin Rais, Yusril Ihza Mahendra, Fadli Zon, Fahri Hamzah, silih berganti menyerangnya siang malam. Mereka menghinanya dan berharap secepatnya ia turun. Namun apa yang terjadi? Amin Rais nyerah. Ia malah lengser dari PAN yang didirikannya.

Yusril bersedia jadi pengacaranya semasa Pilpres 2019. Fahri Hamzah dan Fadli Zon lengser dari kursi Wakil Ketua DPR dan kini hanya bisa menggonggong di Twitter.

Rizieg dan Bahar Bin Smith dengan kedok agama menyerangnya dengan sadis. Tetapi Rizieg malah terpental ke Arab Saudi dan tidak kembali-kembali. Bahar yang garang, masuk Nusakambangan. Kedua kedok orang ini terbongkar. Yang satu terlibat chating porno dan yang satu terlibat penganiayaan.

Saat Freeport sedang panas-panasnya, Jokowi diperkirakan bisa lengser. Kolaborasi Setyo Novanto, Rizald Chalid dan para anggota DPR serta campur tangan Amerika di Freeport begitu kuat.

Namun ia tetap berdiri tegar. Sebaliknya Freeport dapat diambil alih dengan negosiasi super alot. Setya Novanto pun lengser dari kursi Ketua DPR, Ketua Golkar dan berahir di penjara.

Jika Jokowi orang biasa alias orang sembarangan, ia sudah jatuh pada demo besar 212 di Monas. Ia juga bisa dikudeta dengan strategi dua kaki Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang didukung oleh ratusan purnawirawan jenderal kala itu. Tetapi ia bukan orang sembarangan. Ia mampu keluar dari situasi genting. Sebaliknya Gatot sendiri gagal jadi Capres dan kini menjadi pengangguran.

Kini, di saat pandemi Covid-19 melanda dunia, ia dicoba dijebak. JK, Anies, Fadli Zon, Rizal Ramli dan gerombolan lain menjebaknya agar melakukan lockdown. Tetapi ia tak terjebak dan justru mengeluarkan jurus PSBB. Hasilnya kegaduhan dapat terkendali. Indonesia tidak seperti India yang rusuh.

Banyak pihak berharap ia akan jatuh di saat ujian besar pandemik Corona ini. Namun ia optimis. Bangsanya dapat melalui bencana ini dengan selamat. Ia tetap tenang dan sabar. Tetap teguh dan penuh perhitungan. Instingnya tajam. Otaknya encer. Nalurinya cemerang. Jelas ia bukan orang sembarangan.

Ia tidak sama dengan Umar Assegaf yang melawan aturan PSBB dan disebut MUI bukan orang sembarangan. Yang ini disebut orang bukan sembarangan karena gamisnya saja. Jokowi disebut bukan orang sembarangan karena prestasi dan naluri intelijennya yang tajam.

Begitulah kura-kura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.