Oleh: Daud S. Sitepu (Papua)
Kultur lokal ini yang sedang berkembang dalam mempertahankan eksistensi peradaban. Sementara itu ada kubu yang sedang mendengungkan globalisasi, era keterbukaan dunia tanpa batas. Kebebasan hidup di bumi di mana saja. Apakah iya?
Yang kuat perangi yang lemah, yamg lemah diintimidasi yang kuat. Yang butuh perlindungan sulit mendapat kelayakan hidup. Bisa jadi, di dalam negeri sendiri sebangsa pula.
Gejolak peradaban saat ini melanda Timur Tengah yang tiap hari perang dan perang antar suku antar bangsa, dll. Juga di Afrika seperti yang dibahas di “Kolom M.U. Ginting: NATIONALISME”.
Timbul pertanyaan di pikiran kita, kekuatan apa yang menggerakkan semua ini? Apa motif dan tujuannya? Apakah semata karena kekayaan, jabatan atau apa?
Konferensi Asia Afrika mendorong solidaritas antar bangsa untuk maju bersama dan bebas dari penjajahan. Faktanya, banyak anggota Konferensi Asia Afrika yang masih miskin dan tetap miskin sejak 60 tahun lalu. Juga masih banyak perang saudara dan intimidasi terjadi.
Indonesia jauh beruntung lebih makmur pendapatan per kapitanya per tahun di atas Rp. 50 juta.
Semoga semangat Konferensi Asia Afrika kali ini membawa perubahan buat bangsa-bangsa Asia Afrika.
Mejuah-juah.