Kembali ke Leluhur + Teknologi Modern

Oleh: Herlina Surbakti (Medan)

herlina 3revolusi mentalHari Minggu yang lalu, dalam kunjungan kami mengajar anak-anak Desa Doulu, saya berkesempatan bercakap-cakap dengan istri kepala desa. Dia adalah anak saya juga. Selama ini tidak pernah ada waktu untuk mengobrol dengannya. Soalnya, ketika saya dating, biasanya dia bekerja di ladang di samping rumahnya.


Saya sangat terkejut atas penilaian yang diberikannya tentang orang Batak dan orang Karo yang ada di Desa Doulu. Dia mengatakan, pekerja-pekerja Batak biasanya sangat gigih dalam pekerjaan. Hormat sama majikan. Kalau dia pulang kampung, dia tidak akan pernah lupa membawa oleh-oleh untuk majikannya. Selalu jujur dalam bekerja. Dia tidak akan mencuri.

Sedangkan pekerja Karo berkelakuan sebaliknya malas dalam bekerja. Tidak hormat sama majikan dan tidak pernah berusaha supaya majikan senang. Selalu tidak jujur kalau tidak diawasi.

Kalau orang Karo sukses, mereka akan menjadi sombong terhadap orang-orang kampung yang miskin walaupun mereka masih bersaudara. Sedangkan orang Batak akan sangat menghargai saudara-saudarannya yang tidak punya termasuk saudaranya yang orang Karo. Contohnya, pada suatu hari, mereka diundang untuk menghadiri sebuah pesta di Sidikalang oleh kerabat orang Batak. Pihak yang mengundang memastikan hidangan untuk tamu dari Doulu semua dilayani dengan sebaik-baiknya. Ketika pulang, merekapun diberi Rp 500,000 per orang oleh kerabat yang mengundang mereka.

Tetapi, dia juga mengakui, orang-orang Batak yang bekerja di Doulu masih berbuat baik apabila jumlah mereka sedikit. Kalau mereka sudah lebih dari tiga orang, mereka pun akan lebih berani dalam bertindak. Jadi, menurut ibu ini, kalau kita mau bergerak maju, kitapun harus bekerjakeras, bertanggungjawab serta saling hormat dan peduli pada sesama.

Menurut saya semua nilai niai di atas adalah nilai-nilai yang pernah dianut oleh leluhur kita. Sebagai seorang guru, saya sependapat, kita harus mempelajari nilai-nilai pendahulu kita ditambah pula dengan ilmu technologi termasuk di dalamnya technologi komunikasi.

4 thoughts on “Kembali ke Leluhur + Teknologi Modern

  1. Bagus sekali penjelasan ini HbrS, analitis dan tepat sasaran.

    “Mereka sangat piawai untuk membuat jaringan sukunya untuk menguasai suku-suku lain. Kalau kita bisa membuktikan bahwa kita lebih unggul mereka akan menghormati kita.”

    Seseorang di milis karo pernah bilang bahwa ‘batak’ itu sendiri berarti satu organisasi yang sangat rapi, tak ada etnis lain yang punya organisasi serapi ini, kecuali mungkin Yahudi itu. Organisasi Batak ini sangat struktural, dari atas ke bawah dan sebaiknya begitu juga kesamping terorganisasi secara rapi dan ketat tanpa ada yang mengetahui diluar Batak itu. Kita masih ingat ketika SBY datang pertama ke Kabanjahe, organiasi ‘Horas’ maju dengan anak-anak sekolah. Tak bisa dikatakan ini organisasi sepontan, karena SBY juga datang dengan beberapa penasihat orang Batakk. Kemudian pada kedatangan SBY kedua kali, barisan ‘orang Samosir’ dalam jumlah banyak berdemo didepan SBY soal lingkungan di Tobasa ketika itu. Rumah-rumah orang Batak di Berastagi pada kosong karena semua ikut demo.

    Keunggulan kita dalam ethnic competition ini ialah kalau kita semua orang Karo mengetahui semua seluk beluk taktik dan strategi mereka ini. Analisa, informasi dan penjelasan seperti ini, itulah yang harus dimediakan terus menerus sehingga semua orang Karo hafal bagaimana meningkatkan kewaspadaan, jangan kita diasak sampai ndusdus, seperti yang sudah terjadi atas Simalungun dan Pakpak. Banyak sekali kelebihan orang Karo, tetapi harus selalu diasah dalam kancah persaingan ini. Kelebihan Karo adalah alamiah, dari sifatnya yang introvert dan bisa berpikir mendalami semua soal. Tetapi berpikir dan mendalami saja tidak cukup, harus bertindak sesuai dengan analisa yang mendalam itu. Orang Batak pandai bertindak dan bertindak superior atau seakan-akan superior, sifat tipikal extrovert. Orang Karo bisa menelanjangi kelemahannya, karena berpikir tadi.

    Saya ngomong sama seorang mahasiwa Karo di Eropah, katanya kalau orang Batak mengetahui 5 maka dengan besar mulut dia ngaku mengetahui 10. Terbalik dengan orang Karo, kalau dia mengetahui 10 dia ngaku cuma mengetahui 5. Orang Karo dibodohi terus karena taunya cuma 5, walaupun sesungguhnya dia yang paling mengetahui (10) hanya tak berani ngaku.Ini termasuk kekurangan dalam kenyataan kehidupan sehari-hari. Padi runduk karena berisi, kata kita dulu.Sekarang harus dikatakan bahwa padi itu memang berisi dan dipopulerkan, jangan didiamkan..

    ‘jika diam saja tak akan ada perubahan’

    MUG

  2. “orang-orang Batak yang bekerja di Doulu masih berbuat baik apabila jumlah mereka sedikit. ”

    Ini merupakan kesimpulan pengalaman yang sangat jitu dari seorang ibu orang Karo di Doulu tentang orang Batak. Berarti kewaspadaan ibu ini sangat tinggi dalam kompetisi etnis.

    Saya jadi teringat tahun lalu ketika orang-orang Batak (Toba) bikin seragam pakaian adat Toba di PNS Siantar dan orang-orang Simalungun jadi demo protes kelakuan orang-orang Toba ini. Di kantor itu mereka bukan lagi ‘lemah’ tapi sudah berdominasi dan tentu jadi suka hati bikin tindakan. Lih disini:

    http://www.kabarpublik.com/2013/04/pemberlakuan-seragam-batak-toba-warga-simalungun-unjuk-rasa-di-kantor-imigrasi/

    Filsafat hidup orang Batak menurut DR RE Nainggolan ialah bahwa orang Batak mengkhayati kehidupan adalah perlombaan dan mereka ingin menang. Ini berkebalikan dengan orang Karo (kemungkinan juga orang Simalungun) ialah ‘menang bersama’ dalam sikuningen radu megersing, siagengen radu mbiring’ atau win win solution dalam abad sekarang. Karena itu orang Batak sangat melihat keatas pada orang-orang yang sudah menang dalam perlombaan kehidupan itu. Mereka ‘menyembah’ ke atas siapapun dia asal statusnya dipandang lebih tinggi.

    Orang Karo adalah egaliter, sama semua kecuali kalimbubu. Tetapi kalimbubu adalah bergilir dan adil dalam adat Karo. Siapapun pada gilirannya akan jadi kalimbubu atau anak beru. Ini tidak berlaku bagi orang Batak, yang berlaku ialah yang sudah menang duluan tadi, itulah yang di ‘somba’. Itluah yang terjadi di Doulu..

    Karena itu juga dalihan natolu orang Batak tidak bisa disamakan dengan rakut sitelu orang Karo. Bagi orang Karo yang di ‘somba’ adalah kalimbubu, bukan karena dia kaya atau miskin atau jabatan tinggi atau majikan (egaliter Karo) tetapi karena dia sipemberi dara yang menjamin kelangsungan kehidupan (keturunan) bagi orang Karo. Dan kalimbubu ini juga bergilir (adil) bukan karena kedudukan sosial atau kekayaan, tetapi karena pemberi dara tadi.

    MUG

  3. Tulisan HS ini memberikan pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga, menambah pelajaran bagi orang Karo bagaimana sesbenarnya orang Batak ketika dia masih belum berkuasa atau masih lemah. Orang Batak sangat pandai menilai situasi, dan apapun mereka bikin ketika masih ‘kecil’ punya stragegi panjang supaya jadi ‘besar’ dan otomatis nanti kalau sudah tiba waktunya akan mendepak semua halangan.

    “Tetapi, dia juga mengakui, orang-orang Batak yang bekerja di Doulu masih berbuat baik apabila jumlah mereka sedikit. Kalau mereka sudah lebih dari tiga orang, mereka pun akan lebih berani dalam bertindak.”.
    Ini adalah kesimpulan pengalaman yang sangat tepat. Taktik mereka ialah selama mereka masih belum ada kekuatan untuk bertindak secara kasar, mereka akan berlaku seperti budak yang halus dan setia, dan berbuat sangat patuh dan setia majikan. Kegigihan mereka untuk menanti kesempatan sangat sedikit orang mengetahui. Dan itu pulalah salah satu sebab utama mengapa mereka selalu berhasil setelah tiba waktunya. Berangsur tapi pasti semua lawan akan ‘dibinasakan’ setelah waktunya (ethnic competition). Dari tulisan ini saya yakin kalau orang Karo Doulu kelihatannya sudah mengerti taktik panjang orang Batak ini dalam mengalahkan orang Karo dalam persaingan etnis yang tak terelakkan. Harus diingat bahwa ini terjadi di daerah Karo,
    MUG

    1. Sebetulnya ketika saya berbicara kepada semua orang-orang Karo tentang sifat-sifat kita dan sifat-sifat saudara kita ini, mereka semua menyadari bahwa mereka akan mendominasi siapa saja kalau jumlah mereka sudah lebih dari tiga atau empat orang tinggal di daerah itu. Yang saya perhatikan bahwa pada umumnya kebayakan dari kita belum tahu bagaimana membangun strategi untuk membuat mereka dan kita mempunyai posisi tawar yang menguntungkan bagi kedua belah pihak ketika mereka menumpang di daerah kita. Kalau suara mereka keras maka suara kita juga harus lebih keras. (pengalaman saya sendiri) dan mereka tidak akan malu-malu mengatakan mereka tahu walaupun sebenarnya mereka tidak mengerti. Bagi mereka pada umumnya. yang penting harus tampil superior setiap saat. Mereka sangat piawai untuk membuat jaringan sukunya untuk menguasai suku-suku lain. Kalau kita bisa membuktikan bahwa kita lebih unggul mereka akan menghormati kita. Tetapi kita harus tetap waspada. Karena saya sudah mendengar pengakuan mereka bawa mereka adalah orang Yahudi dimana kita suku-suku Sumatera yang lain adalah orang yang harus di “asak” sampai “ndusdus”. Nggit Kita?

      Supaya kita bisa mempertahankan diri maka kita harus membangun strategi. Banyak sifat-sifat kita kalak Karo yang sudah harus dikembalikan kepada sifat-sifat nenek moyang kita. Contohnya: Saya pernah membaca pada buku panduan Sumatera yang berbahasa Inggris yang mengatakan bahwa mencuri di tanah Karo adalah hal yang sangat tidak disukai oleh leluhur kita. Kelihatannya sekarang semua sudah berubah disebabkan oleh pengaruh narkoba dll. Pada beberapa minggu terakhir ini saja sudah ada dua orang Karo satu diantaranya adalah pemuda asal desa Doulu ditembak polisi sampai mati dan yang satu lagi Mandor mobil Sutra di Kabanjahe yang dirame-ramekan massa sampai mati.

      Karakter pemuda-pemudi harus dibangun dari mulai TK paling tidak sampai tingkat pendidikan menengah atas’
      Kita harus melatih anak-anak kita

      “Lima Panduan Hidup”.
      1. Dapat dipercaya (Trustworthiness)
      2. Berkata Jujur (Truthfulness)
      3. Mendengar dengan mata, hati dan telinga (Active Listening)
      4. Tidak meremehkan orang lain (No pot downs)
      5.Melakukan segala sesuatu sebaik mungkin.(Doing your best)

      Untuk poin ke lima ini bisa di jabarkan lagi sampai 19 poin diantaranya adalah: bertanggung jawab, berinisiative, gigih, peduli terhadap sesama termasuk orang tua dan lingkungan hidup, bisa bekerja secara mandiri, bekerja-sama dst.
      Saya yakin kalau ini kita praktekkan dirumah, disekolah dikantor termasuk didalamnya anak-anak Indonesia secara keseluruhan maka kita semua bisa bekerja-sama dan bersaing dengan sehat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.