KERAS SURBAKTI — Ancaman Penjara Boven Digul Hingga Razia Agustus

Oleh EDI SEMBIRING (Jakarta)

Koran “De Indische Courant” bertanggal 12 Agustus 1941 memuat hasil keputusan Landreg Medan, diberitakan 6 orang dijatuhi hukuman dengan dibuang ke Boven Digul, Papua. Enam orang yang dibuang ke Digoel itu adalah: Sjahrin, Ramawi, Sutan Soelaiman Effendi Mardjoesan Gelar Sutan Moedó, Mohamad Ishak alias Raden Ishak alias Iskandar dan Keras Karo-karo Soerbakti.

Sebelumnya, pengurus-pengurus PNI Cabang Tanah Karo ditangkap di Berastagi dan ditahan di rumah tahanan polisi Berastagi akibat pertemuan di Uruk Tabu-tabu.

Mereka yang ditangkap adalah Tama Ginting, M. Ali, Mengket Purba, Raja Mantas Surbakti, dan beberapa orang lagi. Tama Ginting menanggungjawabi semua rekan-rekannya yang ditahan dengan mengatakan semua itu adalah ajakannya maka hadir di Uruk Tabu-tabu.

Lalu, mereka dibebaskan oleh polisi Berastagi, yang tinggal ditahan hanya Tama Ginting.

Foto ini dan juga foto cover adalah Pekan Pancur Batu di tahun 1970an yang dijepret oleh Harison Forman. Hubungannya dengan Keras Surbakti hanyalah karena Pancur Batu adalah basis awal perjuangan Keras Surbakti yang kelahiran Bintang Pariama (Karo Hilir). Uraian mengenai foto dapat dilihat di https://karosiadi.com/pancur-batu-di-tahun-1970an-dari-kamera-harrison-forman/?fbclid=IwAR0iQiK54dgTfymuBZnQAHxnhKNu6wutPZzObWywx6Kf3IYvUxfSkWZbb3U

Awal tahun 1942, Keras Surbakti dan kawan-kawan diberangkatkan ke Digul dengan kapal laut. Pada saat itu sedang terjadi juga perang Dai Toa Sanso (Perang Asia Timur Raya). Di tengah perjalanan yaitu di Selat Sunda, kapal ini diserang oleh kapal perang Angkatan Laut milik Jepang sehingga kapal memilih mendarat di Cilacap. Dari Cilacap dikirim ke Kamp Garut.

Di Garut, sudah banyak dikumpulkan pemimpin-pemimpin pergerakan nasional yang ditangkap, di antaranya: Adam Malik, Pandi Kartawiguna, S.K. Trimurti, AM Sipahutar, Armara Hadi, Imam Puspowinoto, Syamsuri dll.

Sketsa wajah Keras Surbakti. Sumber: Brahma Putro, Karo Dari Zaman ke Zaman (1995)

Saat Jepang menyerbu Hindia Belanda pada tahun 1942, pemerintah Hindia Belanda memindahkan lokasi kantor-kantor pemerintahan dari Batavia ke Melbourne dan kemudian ke Brisbane, Australia. Kapal terbang Qantas menyelamatkan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda dan stafnya dengan jalan menjemput mereka di Cilacap dan menerbangkannya ke kota Broome di Australia Barat sebelah utara.

Pemerintah Hindia Belanda, didukung oleh Jenderal Douglas MacArthur, meminta izin kepada pemerintah Australia untuk memindahkan tahanan dari Boven Digul di Papua ke penjara di Australia. Sehingga tahanan-tahanan politik yang ada di kamp Garut telah disiapkan juga untuk dilarikan ke Australia, melalui pelabuhan Cilacap.

Menjelang Pancur Batu saat ini dari Medan menuju Dataran Tinggi Karo.

Namun, niat ini gagal karena Pelabuhan Cilacap dibom berkali-kali oleh Angkatan Udara Jepang. Bandung telah dkuasai oleh tentara Jepang pada tanggal 11 Maret 1942 dan pada tanggal 15 Maret 1942, tawanan politik yang berada di Kamp Garut dibebaskan oleh Bala Tentara Jepang.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Keras Surbakti dan Iskak Kasim untuk kembali pulang ke Medan. Sesampai di Medan, lanjut menuju Pancur Batu. Keras Surbakti dielu-elukan oleh rekan-rekannya dan keluarganya setibanya di sana.

Mereka menyambut kepulangannya dengan haru seakan menyambut orang yang sudah tak mungkin akan kembali. Baru empat bulan Jepang berkuasa di Indonesia, terjadi situasi politik yang hangat dan gawat di seluruh Tanah Karo. Orang-orang bekas Gerindo dan Parpindo bergerak melawan Jepang dan para Sibayak yang diorganisir oleh Jakub Siregar dan Mohd Saleh Umar, dengan nama Gerindo dan Aron.

Keras Surbakti dan kawan-kawan diam-diam memasuki pergerakan Gerindo dan Aron. Orang-orang Gerindo dan Aron 3 Urung memang banyak meminta nasihat-nasihat pada Keras Surbakti.

Dari Juli 1942 sampai tahun 1943, Keras Surbakti berhati-hati dan waspada akibat dari situasi Gerakan Aron tersebut. Dari tahun 1944 sampai 17 Oktober 1945, ia menjadi ketua BOMPA (Badan Oentoek Membantu Pertahanan Asia) cabang Deli Hulu dan turut sebagai anggota PUSERA (Pusat Ekonomi Rakyat) bersama-sama Tama Ginting, Selamat Ginting dan Rakutta Brahmana.

Dari Oktober 1945 sampai dengan 1946 menjadi Ketua Umum Barisan Pemuda Indonesia (BPI) Cabang Deli Hulu merangkap Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Cabang Deli Hulu dan Wedana pertama Deli Hulu.

Deli Hulu atau Karo Jahe masuk ke Kabupaten Tanah Karo. Kewedanaan Karo Jahe berpusat di Pancur Batu dan terdiri dari 4 kecamatan yaitu : Kecamatan Pancur Batu, Kecamatan Sibiru-biru, Kecamatan Kutalimbaru, dan Kecamatan Namorambe.

Tahun 1946 menjadi Ketua II PNI Sumatera Utara dan antara Maret 1947 sampai dengan 1949 merangkap sebagai Ketua PNI Tanah Karo.Saat Agresi ke 1 (1947) akibat perjanjian Renville, Keras Surbakti hijrah bersama keluarganya ke Kutacane. Di sini Keras Surbakti mendirikan organisasi Pusat Pertahanan Rakyat (PPR) dan ia menjadi Ketuanya.

Tujuan pendirian organisasi ini untuk menyokong dan mendampingi TNI. Saat itu pula Keras Surbakti ditunjuk menjadi pengurus Departemen Politik PNI Sub Daerah Aceh. Setelah penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, terjadi keinginan besar agar Negara Sumatera Timur (NST) dibubarkan. Konggres Rakyat Sumatera Timur pada 7 Juli 1950 menuntut pembubaran NST.

Keras Surbakti menjadi team formatur mewakili Deli Serdang. Pada tanggal 15 Agustus 1950, terbentuklah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan NST bubar.

Dari tahun 1950 sampai 1951 terpilih menjadi Ketua PNI Cabang Kabupaten Deli Serdang dan tanggal 1 Febuari 1952 Keras Surbakti menjadi korban razia Kabinet Sukiman dan meringkuk 9 bulan di penjara tanpa alasan hukum.

Razia ini dikenal sebagai ‘Razia Agustus. Kabinet Sukiman menandatangani perjanjian pertahanan dengan Amerika Serikat. Perjanjian itu berkaitan dengan Perang Korea yang sedang memanas. Pada saat itu Amerika mendukung Korea Selatan.

Sebagai bentuk kesetiaan pada AS, agar terlihat anti kiri kabinet Sukiman melakukan penangkapan secara membabi buta terhadap orang-orang komunis. Penangkapan tersebut didasarkan pada tuduhan palsu, yakni aksi penyerbuan sekelompok pemuda berkaos “Palu-Arit” ke kantor polisi di Tanjung Periuk.

Kantor Pengadilan khusus untuk orang-orang Karo Hilir di Jaman Kolonial yang lokasinya tidak jauh dari Kantor Pengadilan Negeri Pembantu di Pancur Batu sekarang.

Atas tuduhan rekayasa tersebut, kurang lebih 2.000 orang yang dianggap komunis ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Keras Surbakti yang jelas-jelas pengurus PNI sejak dulu ikut ditangkap. Tahun 1953-1954 menjadi Ketua I PNI cabang Medan. Tanggal 10 Oktober 1958 mengundurkan diri dari PNI dan membangkitkan Partai Indonesia (Partindo) Sumatera Utara dan merangkap Ketua Partindo Cabang Medan.

Tanggal 1 Agustus 1958 menjadi Patih Kabupaten Deli dan Serdang berkedudukan di Medan. Tanggal 1 Maret 1962 menjadi Pdj. Bupati Kabupaten Asahan di Tanjung Balai,Tanggal 23 Maret 1963 menjadi anggota MPRS.

Tanggal 2 Mei 1964 sewaktu Keras Surbakti melakukan tugas partai ke daerah Langkat, ia mengalami sakit perut dan infeksi, dan meninggal dunia.

Seorang putra Karo yang telah berjuang sejak muda belia dan menceburkan diri dalam pergerakan nasional untuk merebut kemerdekaan patut dikenang dan dicatat dalam lembar sejarah perjuangan bangsa. Mengalami hidup dari penjara ke penjara yang juga dialami tokoh-tokoh pergerakan nasional.

Di PUSERA (Pusat Ekonomi Rakyat), Keras Surbakti bersama Tama Ginting, Rakutta Brahmana, Selamat Ginting, Ridwan Tarigan, Terluda Brahmana, Timur Pane, D. Egon menyusun kader-kader perjuangan bangsa. Banyak pemuda Karo yang dirangkulnya menjadi pejuang kemerdekaan, seperti Tanda Belawan Purba, Bali Brahmana, Rinte Girsang, Rugun Brahmana, Gumul Brahmana, Kelewat Purba, Pangkat Brahmana, dan lain-lain.

Semangat perlawanan yang dimiliki Keras Surbakti mengalir dari semangat Panglima Nabung Surbakti yang puluhan tahun memimpin pasukan Simbisa Karo menghempang Belanda masuk ke Dataran Tinggi Karo. Semangat merangkul semua pemimpin Urung dan para Simbisa Karo.

Kalau Panglima Nabung Surbakti melalui perjuangan fisik, Keras Surbakti tiga puluh tahun berjuang di jalur politik. Negara memberikan penghargaan pada Keras Surbakti. Telah diberikan oleh Presiden Suharto tanda penghormatan atas jasa perjuangan Keras Surbakti sebagai Perintis Kemerdekaan.

Jenazah Keras Surbakti dimakamkan di makan Pahlawan di Medan.

Sumber bacaan :1. Karo dari Zaman ke Zaman oleh Brahma Putro2. Koran “De Indische Courant” bertanggal 12 Agustus 1941Tentang Keras Surbakti, selengkapnya di:

https://karosiadi.blogspot.com/…/keras-surbakti-penjara…

https://karosiadi.blogspot.com/…/keras-surbakti-

https://karosiadi.com/topic/gerakan-aron/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.