Kolom Ira R. Sibero: KESELAMATAN NEGERI

Sebulan yang lalu ke rumah Eni Alove. Selain mengantar hadiah kopi karena menang kuis, tapi juga karena udah lama ngga bertemu. Kalo diingat-ingat baru sadar udah lebih satu tahun ngga ketemu. Kami dipertemukan karena satu visi dan selalu merasa kita udah pernah kenal lama sekali dan entah di mana.

Kalo ke sini, ngga bakalan sebentar.

Udah dibilangin siapin mie instan pake telor aja….eh… Dimasakin daun singkong, ayam goreng dan tempe bacem. Jadi ngga enak aku. Terima kasih ya.

Ngalor ngidul kita ngobrol akhirnya sampai pada topik kekecewaannya terhadap intoleransi di negeri ini.

“Kak, aku hanya satu kecewa dengan pemerintahan Pakde, soal intoleransi di negeri ini. Kok Pakde …. bla..bla…bla….bla…bla…”

Aku diam aja mendengarkan ungkapan kekecewaannya. Mungkin di sini kita berbeda cara berpikir. Aku juga kecewa, tapi aku mencoba menyelami cara berpikir Pakde, seperti dulu juga aku kecewa kenapa mentri pendidikan dicopot. Tapi akhirnya aku mengerti juga kenapa dia dicopot.

Demikian juga dengan masalah ini. Aku “berusaha berpikir cara Jokowi” untuk mengerti mengapa Pakde mengambil keputusan yang demikian. Berat? Ya beratlah, karena aku bukan Jokowi dan cara pandangnya untuk melihat jauh ke depan, Pakde di atas rata-ata dan bukan cara berpikir kita yang sederhana aja.

Walau demikian, aku mendapat sedikit gambaran mengapa dia mengambil keputusan demikian.

Teman, aku bukan pecinta buta Pakde. Dia manusia biasa yang juga pasti tidak sempurna. Tapi aku melihat cara berpikir yang luas dan kita hanya berpikir yang “satu” ini saja. Dia sedang berusaha menyelamatkan NKRI dari orang-oang yang ingin membuat negeri kita ini seperti “SURIAH”.

Kita tidak tau informasi-infomasi terkait yang menyebabkan Pakde mengambil keputusan yang menurut kita salah. Ada orang yang telah menyalakan korek apinya. Tinggal disiram bensin …. BUUMM…. Habislah kita.

Tekadang tanpa sadar kita menjadi “BENSIN”nya, membantu orang-oang yang menyalakan korek apinya. Pakde sekarang ini berusaha “MEMATIKAN” korek apinya. Kalo korek api mati, mau disiram bensin pun berliter-liter ngga akan terbakar.

Teman, kita percaya Pakde dapat membawa kita menuju kemakmuran. Tapi tolong jangan kita juga tanpa sadar kita menjadi bagian orang-orang yang ingin menghancurkan negeri ini.

Kuyakin, pakde belum berubah.

Saat ini aku lagi duduk dan berusaha berpikir cara Pakde. Mungkin di dalam hatinya dia berguman:

“Anak-anakku, saat ini kalian tidak tau dan tidak mengerti keputusan yang aku ambil. Aku berusaha NKRI ini tetap utuh karena ini rumah kita. Kenapa aku lakukan itu? Karena aku mencintai kalian. Suatu saat nanti kalian akan mengerti.”

One thought on “Kolom Ira R. Sibero: KESELAMATAN NEGERI

  1. Dari kolom Ira R. Sibero terlihat bahwa Jokowi lebih mengutamakan KESELAMATAN NEGERI daripada soal yang lain. Betul sekali memang.
    Ditinjau dari sudut internasional terutama kaitannya dengan munculnya kembali kekuasaan NWO di AS lewat boneka Biden, bisa juga dikaitkan dengan artikel ini:

    Untung-Rugi Biden-Trump

    Dunia sudah emengenal dan mengerti banyak soal polarisasi dunia yang muncul jauh sebelum Trump jadi presiden AS, seperti Brexit, dan pesatnya perkembangan partai-partai ‘populis konservatif’ di Eropah. Tetapi dengan munculnya Trump sebagai presiden AS, dan sebagai seorang ‘populis konservatif’, yang pada pokoknya adalah seorang nasionalis anti globalis, maka populisme/nasionalisme itu semakin meluas dan polarisasi politik semakin nyata terutama di AS tetapi juga seluruh dunia.
    “We cannot trust our mainstream news sources anymore for an honest view of today’s political, economic, cultural, or even international events.
    There is no more objectivity, no more dedication to the truth, and no more fair-minded analysis of the facts available without taking sides.
    Politics takes priority above all else.” Jurnalis/ penulis BobShanahan May 31, 2018 dalam tulisannya “American Journalism is Dead and . . “. Pernyataan Bob Shanahan terlihat mantap dalam prakteknya dimana saja ada seorang manusia, siapa saja mengeluarkan pendapat dalam soal politik sehingga siapa saja juga bisa cepat menggolongkan kemana jatuhnya pendapat dan orangnynya dalam polarisasi itu.

    Seperti sudah diketahui, Trump dan Biden mewakili masing-masing pihak dalam polarisasi AS maupun dunia. Trump seorang nasionalis, Biden seorang globalis NWO, atau lebih tepat sebagai boneka globalis NWO. Trump bukan boneka siapa-siapa, dia mewakili dirinya sendiri, atau bisa dikatakan mewakili perjuangan nasional bangsa-bangsa dunia.

    Coba kita ambil 2 contoh rubrik lain dari merdeka com 7 November:

    “Pengamat Nilai Jika Trump Kembali Terpilih, Kawasan Asia Pasifik Lebih Aman”.
    Ini pendapat pro Trump, pro perjuangan nasional bangsa-bangsa dunia dalam KONTRADIKSI UTAMA DUNIA, nasionalisme kontra globalisme.
    “Joe Biden Dinilai Bisa Akhiri Konflik Laut China Selatan Jika Terpilih Jadi Presiden”.
    Ini pendapat pro Biden, pro globalis NWO dalam Konradiksi Utama itu.

    Dua pendapat yang berkebalikan ini adalah dua KEBENARAN, dua-duanya benar bagi siapa berdiri dimana.

    Perdebatan secara teori antara dua golongan bertentangan ini umumnya sudah selesai dikalangan ahli-ahli dunia, masing-masing benar! Tinggal prakteknya, bagaimana mengalahkan NWO dengan cara lain selain teori, artinya gigi lawan gigi.

    Perbedaan lain lagi yang lebih jelas dari pernyataan dua orang ini (Biden-Trump) ialah, ketika dalam kampanyenya Biden menekankan kembali peranan memimpin AS di dunia kalau dia menang pilpres. Sebaliknya Trump bilang ‘AS tidak mau lagi jadi polisi dunia’ ketika menarik induk pasukannya dari Syria Utara 2018-2019. ‘biarlah orang lain yang berperang di padang pasir yang berlumuran darah ini’ katanya lagi. Orang lain dimaksudkan tentu yang terdekat Rusia Putin, atau Turki Erdogan atau Syria al-Assad.

    Dan untuk kembali memimpin dunia, Biden terutama harus mengirimkan kembali pasukan AS ke seantero dunia seperti dimasa Obama-Biden lagi. Pasukan yang sudah dipulangkan oleh Trump, dikirim keluar lagi, tugas rencana pembunuhan seperti Kaddaffi Libya dan menguasai dan mengeruk SDA minyaknya sangatlah tidak mungkin tanpa kekuatan fisik atau kekuatan militer. Di Indonesia Soekarno, kita masih ingat, sembelih 3 juta orang lalu sim salabim . . . SDA triliunan dollar tiap hari mengalir keluar ke kantong penguasaha dan bankir NWO. Begitu juga dari AFrika seperti Konggo, sembelih Lumumba dan sim sallabim . . . duit mengalir deras seperti aliran sungai Konggo keluar dari Konggo. Tambang tembaga, emas, uranium di Katangga Kongo luar biasa hasilnya seperti juga tambang-tambang SDA Indonesia 1965.

    “terrorism made in USA” kata prof Chossudovsky, dan kita sudah bisa melihat sendiri, di era Trump terrorisme itu semakin redup, juga di Indonesia. Tetapi pastilah akan bangkit lagi di era Biden, karena fabriknya ‘made in USA’ bisa berdiri lagi disisi Biden.

    “Whatever his shortcomings, Donald Trump is a major obstacle to globalist plans. He must emerge victorious or we are doomed.” ditulis Henry Makow 4 November 2020. Agak pessimis dikit he he . . . tetapi lebih optimis we are not doomed, sure!

    NWO sudah tertelanjangi habis-habisan di era internet. Secara teori semua sudah jelas, tinggal secara praktek, ahli-ahli dunia belum menyusun taktik dan strategi ‘gigi lawan gigi’. Tetapi pastilah dalam perjalanan, karena teorinya sudah selesai ditulis semua.

    Siapakah sebenarnya yang berkepentingan mengirim pasukan AS kenegara-negara lain untuk mbunuhi orang negeri lain dan pemimpinnya yang menentang? Bidenkah? atau globalis NWOkah? Mayoritas sudah bisa memberikan jawaban tentunya.

    Ingat: NWO = Communism (Henry Makow). Dan dia tulis 4 November: Communists Trying to Steal US Election. Communists don’t play by the rules. They believe the “end justifies the means.” They stoop to censoring, intimidating, or even killing anyone who stands in their way. They are quite capable of rigging this vote. Dan senada dengan ini, “most importantly”, kata Trump ialah bahwa “the depths of their immorality is absolutely unlimited.”- pidato Trump 2016 West Palm Beach, Florida.

    Dengan uraian ini, sudah jelas, saya berpihak atau berdiri dimana, terpilihnya Biden sangat merugikan bagi perjuangan nasional bangsa-bangsa dunia, termasuk perjuangan nasional bangsa Indonesia. Terutama harus awas dan pertinggi kewaspadaan lagi dengan akan kembalinya gelombang radikalisme dan terorisme. Jaga persatuan kita dengan mempelajari perpecahan usaha orang luar Biden/NWO.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.