Kisah Bersambung: GINTING MANIK MERGANA (12)

Misteri Kematian Perangin-angin dan Beru Ginting Manik

kisber 18


[one_fourth]Bastanta P. Sembiring (Urung Senembah)[/one_fourth]

Sore itu, sekitar pukul dua siang. Perangin-angin mergana menemui bapa pengulu di kediaman keluarga Sitepu Mergana. Ini merupakan permintaan dari bapa pengulu Karo-karo Sitepu mergana sendiri.

Pertemuan empat mata itu hanya berlangsung sekitar satu jam. Tidak ada yang tahu apa yang mereka perbincangkan. Setelah itu, tampak Peranginangin mergana meninggalkan kediaman Sitepu Mergana dengan wajah muram.

Orang yang melihatnya menduga sudah terjadi percekcokan antara Peranginangin dengan Sitepu mergana. Masalahnya? Apalagi kalau bukan mengenai beru Ginting Manik?

Saat hendak meninggalkan kediaman Sitepu Mergana, Peranginangin sempat berpaspasan dengan Dharma Sitepu dan saling sapa. Setelah itu dia pun melacu langkahnya menuju ke arah tiga dan tidak pernah lagi kembali ke tempat itu. Untuk selama-lamanya.

Hubungan Perangin-angin dan beru Ginting Manik sudah sangat dekat. Mereka sering bertemu, baik di Medan ataupun di Kuta Namo Kelawas. Ini meresahkan jabu Sitepu Mergana yang sangat menginginkan beru Giniting Manik kelak menjadi menantu di keluarga mereka.

Bagi seisi jabu Karo-karo Sitepu Mergana ini bukan hanya sekedar pengaturan pernikahan biasa, tetapi praktisnya: mempererat kembali tali kekeluargaan, mempertahankan warisan leluhur dan darah kebangsawanan sebagai keluarga sibiak (utama: primus inter pares: first among equals) di antara keluarga-keluarga lainya.

Sudah sejak lima generasi sebelumnya, pemuda di jabu Sitepu Mergana mempersunting wanita dari beru kalimbubunya Ginting Manik Mergana. Tradisi muat impal atau beru puhun ini sangat ingin sekali diteruskan oleh jabu Sitepu Mergana. Apalagi Dharma Sitepu dan beru Ginting Manik seusia dan sama-sama anak muda yang perawakannya terpuji di mata warga kuta. Tentunya perjodohan ini sangat diharapkan oleh banyak orang untuk dapat berlangsung. Akan tetapi, terlanjur hati beru Ginting Manik sudah diberikan kepada Peranginangin mergana.

Tidak berselang lama sejak berpapasan dengan Peranginangin mergana di depan kediaman keluarganya, Dharma pun meninggalkan tempat itu.

Di pertigaan, Dharma melihat Perangin-angin berjalan ke arah perjuman kuta, dia pun mengikutinya. Ternyata Perangin-angin menemui beru Ginting Manik. Melihat hal ini, Dharma pun kemudian berbalik menuju arah ke tiga.

Saat di perjalanan, Dharma bertemu dengan Ginting Manik mergana. Ginting Manik menanyakan kepadanya, apakah dia berpapasan di jalan ataupun melihat impalnya beru Ginting Manik.

Tidak ingin impalnya beru Ginting Manik kena marah oleh kaka tuanya itu, Dharma pun berbohong dan mengatakan dia tidak melihat beru Ginting Manik.

Mereka pun berpisah di sana. Ginting Manik berjalan menuju kuta, sedangkan Dharma melanjutkan perjalanannya menuju ke arah tiga.

Sesampainya di kediamannya,  Ginting Manik mergana masuk ke dalam rumah dan menemui anak serta istrinya yang sedang tertidur. Saat itu, kemberahen Ginting Manik mergana, beru  Kembaren, sedang mengandung anak ke dua mereka. Gerak-gerik Ginting Manik ternyata mengganggu tidur siang istrinya.

Edenga kam mulih, bapa Manik?” tanya istrinya yang baru saja terbangun dari tidur siangnya.

Uai, nandé Manik.”

Sahun kam ku tiga ndai?

Sahun, nandé Manik.”

Ginting Manik kemudian balik bertanya kepada istrinya: “Nggo lit ndai idahndu beru Ginting Manik mulih ku rumah?

Jawab beru Kembaren: “Lenga bapa Manik. Me i idahndu ngé medem ndai kami dapetindu?

Setelah melihat dan menyentuh putranya yang masih tertidur lelap, dia pun bergegas.

Ku ja ka aténdu é, bapa Manik?” tanya beru Kembaren.

Enta kunehen dagéna mulihi lebé kempak tiga oh. Entah jé denga kin ia.”

Ginting Manik pun bergegas pergi meninggalkan istri dan puteranya di rumah.

Di pertigaan, hatinya menuntun Ginting Manik mergana untuk berbelok ke kiri menuju perjuman kuta. Tidak berselang lama, langkah Ginting Manik mergana terhenti oleh pemandangan yang menggetarkan jantungnya. Darahnya seakan berhenti mengalir. Kakinya terasa beku tak sanggup bergerak melihat pemandangan mengerikan di hadapannya.

Turang yang sangat dicintainya tergeletak bersimbah darah tepat di depan matanya. Di samping jasad turangnya itu juga tergeletak tubuh yang sangat dia kenal yang tampaknya sudah kritis. Darah segar terus mengalir dari bagian perutnya.

Apa yang sesungguhnya terjadi? Mungkin pertanyaan itu tidak sempat terlintas dalam benak Ginting Manik. Sepontan dia berlari menghampiri dan mengangkat tubuh yang sudah terbujur kaku tak bernyawa itu ke pangkuannya dan mendekapnya dengan erat.

Melihat jasad lainnya yang masih bernyawa, namun nafasnya sudah berat terbata-bata dengan darah yang terus mengalir ke luar, spontan Ginting Manik meletakkan kembali tubuh turangnya, mencabut tumbuk ladanya dan menghunuskannya ke bagian perut tubuh tak berdaya itu sedalam mungkin, hingga jarinya pun terikut masuk menusuk tubuh itu. Tidak lama maut pun menjemput.

Apa yang sesungguhnya terjadi terhadap Peranginangin mergana dan beru Ginting Manik masih menjadi misteri yang belum terpecahkan dan selamanya itu akan menjadi sebuah misteri. Namun, ada beredar beberapa versi dugaan atas kejadian ini, diantaranya:

Pertama mengatakan, kalau Ginting Manik mergana tersulut emosinya saat melihat Peranginangin masih menemui beru Ginting Manik yang sebelumnya sudah dilarang olehnya. Hal ini juga besar kemungkinan dipicu oleh tekanan yang datang kepadanya, terutama dari jabu Sitepu. Sehingga dia khilaf dan menikam Peranginangin. Di saat yang bersamaan, turangnya beru Ginting Manik menghalanginya, sehingga tanpa sengaja turangnya itu juga turut menjadi korban kemarahannya.

Namun, semudah itukah orang seperti Ginting Manik mergana tersulut api emosi? Apalagi terhadap teman baiknya yang juga masih memiliki hubungan kekerabatan dengan mendiang sahabat baiknya Amir?

kisber 17
Model: Ratna Sari beru Tarigan (Penari Sanggar Seni Sirulo dan foto model SoraSirulo.Com

Dugaan ke dua mengatakann kalau Peranginangin dan beru Ginting Manik memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka, karena cinta mereka yang tidak mendapatkan dukungan keluarga, khususnya lagi dari kaka tuanya Ginting Manik mergana. Versi lainnya yang hampir sama juga mengatakan kalau sebelumnya terjadi percekcokan antara Peranginangin dengan Sitepu mergana. Banyak yang menduga kalau Peranginangin dilarang bahkan diancam jika masih menjalin hunbungan dengan beru Ginting Manik oleh bapa pengulu. Karena tak ingin dipisahkan dan kehilangan kekasihnya beru Ginting Manik, maka Peranginangin pun memutuskan membunuh beru Ginting Manik dan kemudian bunuh diri, namun tidak lantas kemudian dia langsung meninggal, hingga Ginting Manik tiba di tempat itu dan mencabut nyawanya dengan membenamkan tumbuk ladanya.

Dugaan lainnya mengatakan kalau pelaku sebenarnya adalah pembunuh suruhan dari Bapa Pengulu Sitepu Mergana. Bahkan ada juga yang mengatakan kalau sesungguhnya pelakunya adalah putera bapa pengulu sendiri, yakni Dharma Sitepu yang pada dasarnya menaruh hati kepada beru Ginting Manik, namun karena cintanya bertepuk sebelah tangan, dibakar api cemburu dia pun gelap mata dan menyerang Peranginangin dan beru Ginting Manik.

Dugaan yang terakhir. Pembunuhan ini didalangi oleh pemerintah yang sudah lama ingin menghentikan pergerakan Peranginangin mergana. Ini adalah satu kesempatan yang baik, dimana kejadian ini tentunya akan memecah hubungan baik antara jabu Sitepu, Peranginangin dan Ginting Manik mergana yang selama ini sangat mendukung pergerakan simbisa di Sumatera Timur.

Atau jangan-jangan masih ada pihak lain?

BERSAMBUNG


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.