Kisah Meriam Puntung (3)

Oleh: Denhas Sembiring Maha

 

 

mariam 6
Penulis (kanan) sedang mempersembahkan sirih di tempat persemayaman Meriam Puntung (Sukanalu, Dataran Tinggi Karo)

Kampung tersebut semakin makmur ketika mereka bertiga dipercayai oleh paman mereka mengurusnya. Deli Tuah menjadi kampung yang subur dan menjadi lebih luas dari sebelumnya dengan bantuan dari ketiga anak Beru Barus.

Dari ketiga anak tersebut, anak kedua yang dikenal dengan sebutan Kegegehen terus membuka hutan untuk dijadikan tempat hunian dan lahan bercocok tanam. Kehidupan penduduk semakin baik dan kampung itu menjadi sangat d kenal oleh orang-orang luar sehingga paman mereka akhirnya mendirikan kerajaan yang diberi nama Kerajaan Haru, karena awal dari perjumpaannya dengan ketiga keponakannya berawal dari rasa haru.

Paman mereka mengangkat Kegegehen menjadi Panglima dan abangnya yang bernama Kebeluhen menjadi penasehat kerajaan. Sedangkan adik bungsu mereka yang cantik rupawan yang bernama Seh Ngenana tidak memiliki jabatan khusus di kerajaan. Dia menjadi adik yang sangat disayangi oleh abang-abangnya layaknya Putri Kerajaan.


[two_third]kecantikan si bungsu tidak bisa diucapkan dengan kata-kata[/two_third]

Si Bungsu Seh Ngenana yang dekat dengan rakyat kerajaan, ditambah dengan paras yang cantik mempunyai kulit sawo matang dengan rambut yang terurai panjang, juga lesung pipit menawan membuat para setiap lelaki yang melihatnya langsung ingin mempersunting dirinya. Meski demikian, setiap lelaki yang suka terhadapnya merasa kurang percaya diri karena kecantikan dari pada si bungsu yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Mereka juga takut akan abang-abang dari si bungsu Seh Ngenana. Di samping garang dan kuat, Kegegehen, abang dari si bungsu juga selalu memperhatikan orang-orang yang menatap lebih kepada Si Bungsu.

Kematian tidak dapat dihindari, Paman mereka akhirnya meninggal, pemimpin kerajaan Haru pun tiada. Kerajaan tidak berjalan seperti biasanya, permasalahan datang silih berganti ditengah masyarakat kerajaan Haru. Anak-anak dari paman mereka pun mendesak agar segera di pilih pemimpin kerajaan Haru yang baru mengantikan ayah mereka yang telah meninggal. Merekame minta anak sulung dari ayah mereka yang bernama Peraten untuk di jadikan Raja di Kerajaan Haru. Rakyat kerajaan yang mengetahui sifat yang buruk dari Peraten menolak mengangkatnya menjadi Raja Kerajaan Haru karena sifat dari Peraten berbanding terbalik dari sifat ayahnya yang bijaksana dan welas asih.

Rakyat menunjuk Seh Ngenana menjadi pemimpin Kerajaan Haru. Hal ini membuat anak-anak paman mereka merasa kecewa akan penunjukan rakyat. Akan tetapi mereka tidak dapat menolak pengangkatan tersebut karena pada saat ayah mereka masih hidup, sempat berkata kepada mereka bahwa rakyatlah yang akan memilih pemimpinnya, dan bukan pemimpin yang memilih rakyatnya.

mariam 5
Tempat persemayaman Meriam Puntung di Sukanalu (Dataran Tinbggi Karo)

Di tangan si Seh Ngenana, Kerajaan Haru semakin maju dan disegani oleh kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Nama Kerajaan Haru sangat dikenal di seluruh Nusantara. Kearifan dan kecantikan dari Seh Ngenana, Ratu dari Kerajaan Haru membuat Sultan Aceh ingin meminang Si Bungsu menjadi istrinya, di samping untuk memperluas daerah kekuasaan Sultan Aceh yang pada saat itu sekaligus ingin menyiarkan agama.

Sultan Aceh mengirim utusan untuk meminang Seh Ngenana, tetapi mendapat penolakan. Utusan kerajaan kembali ke Kerajaan Aceh dan mengatakan kepada Sultan Aceh bahwa pinangan sultan ditolak oleh Ratu Kerajaan Haru.

Tidak mati akal, utusan kembali dikirim untuk meminang dan kali ini Sultan Aceh berpesan bahwa apabila Ratu Kerajaan Haru menolak pinangan darinya, maka Kerajaan Aceh akan memerangi Haru.

Utusan yang diketahui bernama Gocah Pahlawan pun kembali menerima tolakan dari Si Bungsu melalui Kegegehen dan menitip pesan kepada utusan tersebut untuk disampaikan kepada Sultan Aceh bahwa dia akan menghancurkan siapapun yang mencoba merusak Kerajaan Haru termasuk mengusik adik bungsunya Seh Ngenana.

Sultan Aceh marah besar ketika mendengar pinangan ke dua yang ditolak oleh pemimpin Kerajaan Haru adik Bungsu dari Kegegehen. Dia lalu mengirim Panglima membawa 100 ribu Pasukan Aceh untuk memerangi dan menghancurkan Kerajaan Haru. Perang besarpun tak terhindarkan terjadi bahkan terjadi cukup lama. Kerajaan Haru tidak dapat tertembus oleh Pasukan Aceh akibat kesaktian dari Kegegehen yang tidak tertandingi. Kesetian Rakyat Haru terhadap pemimpin mereka Ratu Kerajaan Haru, Seh Ngenana beru Meliala juga tidak tertandingi (Bersambung).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.