Kolom Eko Kuntadhi: KITA MAU MILIH PRESIDEN, BUKAN YANG LAIN

Temannya Abu Kumkum tergolong pemilih rasional. Ia menimbang-nimbang semua kekurangan dan kelebihan Capres. Saya mendengar obrolan mereka. Mungkin mau sekadar mengkonfirmasi aspirasi politik Kumkum.

“Kum, Prabowo itu kan gak bisa ngaji. Kok tetap dipilih Ijtima Ulama ya?” katanya.

Lho, kita ini mau milih Presiden. Bukan mau nyari ustad.

“Prabowo juga gak bisa jadi imam sholat. Itu artinya dia tidak cocok untuk negara mayoritas muslim.”

Lho, kita ini mau milih Presiden, lho mas. Bukan mau nyari marbot masjid.

“Prabowo itu agamannya gak jelas. Kadang lebaran, kadang Natalan. Masa ulama-ulama itu gak tahu, sih?”

Mereka tahu, mas. Cuma, kan kita memang mau memilih Presiden. Bukan mau milih penceramah agama.

“Mereka tahu gak, Kum, kalau putra Prabowo itu pendukung LGBT? Gimana cara dia mendidik anaknya?”

Mereka tahu, pasti. Tapi jangan bawa-bawa anaknyalah. Toh kita ini mau milih Presiden. Bukan mencari bapak angkat.

“Ulama itu juga tahu, kalau Prabowo itu keluarganya berantakan? Ia bercerai sama Titiek, Kum.”

Tahu. Tapi, kan, kita ini mau milih Presiden. Bukan mau nyari suami.

“Prabowo itu dipecat dari militer. Orang dipecat berarti punya salah, Kum?”

Kan sudah dibilangin. Kita ini mau milih Presiden. Bukan mau mengangkat panglima.

“Prabowo juga suka sebar berita hoax. Itu bahaya bagi rakyat.”

Kita kan, mau milih Presiden. Bukan mau memberi award pada netizen.

“Partai Prabowo mencalonkan Caleg mantan koruptor, Kum! Gimana bisa memberantas korupsi?”

Kita mau milih Presiden, mas. Bukan mau mengangkat Ketua KPK.

“Prabowo itu suka menebar pesimisme. Masa dia bilang Indonesia akan punah?”

Mas, gini ya, kita ini mau milih Presiden. Bukan memilih motivator kayak Mario Teguh.

“Prabowo itu dulu bagian dari keluarga Cendana. Keluarga itulah yang dulu bikin negeri ini porak poranda.”

Kalau dia bagian dari keluarga Cemara. Ia gak jadi Capres, mas. Tapi narik becak.

“Prabowo itu suka gebrak meja, kalau ngomong sama ulama.”

Mungkin bagi Prabowo mereka bukan ulama. Jadi gak perlu bersikap santun ketika bicara dengan mereka.

“Prabowo itu gak punya prestasi apa-apa, Kum?”

Jogednya keren, lho, mas. Masa gak lihat, sih?

“Prabowo itu gak punya pengalaman di pemerintahan, Kum.”

Kita mau milih Presiden. Bukan mencari karyawan.

“Kum, saya mau nanya, nih. Sebetulnya, Anda ini nanti mau milih siapa sih?”

Jokowi, dong.

“Lho, kok dari tadi kamu belain Prabowo terus?”

Kamu pikir, aku bodoh, ya? Barusan kamu sampaikan setumpuk kekurangan begitu. Terus aku masih mau milih dia jadi Presiden, gitu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.