Kolom Boen Syafi’i: BARBAR KOK CERAMAHI BANGSA KITA?

Sampai detik ini, Yaman masih dibombardir wilayahnya oleh jet-jet tempur Saudi. Kelaparan lebih membahayakan nyawa mereka daripada Covid-19 yang katanya sekarang banyak variannya. Korban nyawa bergelimpangan di mana-mana. Tangisan sedih, saling bersahutan laksana orkestra horror, diantara mereka. Kemudian ada lagi Libya. Negeri yang dulu makmur gemah ripah loh jinawi semasa masih dipimpin Khadafi, kini hanyalah tinggal kenangan saja.

Peradaban, infrastruktur yang dibanggakan luluh lantah oleh hantaman selongsong peluru perang.

Sebelas dua belas, Suriah kini mengalami hal yang sama. Mereka baru tersadar, bangun dari mimpi-mimpi dogma halusinasi konyol yang mengakibatkan hancurnya peradaban mereka setelah pecah perang saudara yang dibantu oleh warga asing (termasuk Indonesia) Afghanistan, Pakistan, dan beberapa negara di Afrika.

Kini hanya tinggal menyisakan penyesalan mendalam, setelah sistem di negaranya berubah kejam, anti perbedaan, dan sangat anti dengan kemanusiaan.

Ya, jawaban tentang kehancuran dari negara-negara tersebut cuma mengkerucut hanya pada sebuah kalimat pendek saja, yakni mabuk dogma gurun. Negara yang sudah kehilangan akar jati dirinya sendiri. Negara yang melupakan peradaban besar milik leluhurnya. Negara yang memuja leluhur asing dan mensetan-setankan leluhurnya sendiri.

Negara pengekor yang gampang dikibuli oleh ideologi surga neraka, kenthu with 72 bidadari, yang absurd fakta maupun keberadaannya. Lalu, saat ini, baik sadar maupun tidak, bangsa kita Indonesia telah menapaki jejak langkah hancurnya negara-negara itu.

Pertinyiinyi?

Relakah kita mewariskan negara yang penuh konflik terhadap anak cucu?Wake up, Brow. Bangun dari mimpi panjang dan halusinasi anda dari dogma gurun yang hobi perang, perebutan kekuasaan, mengajarkan tidak setia dan cuma berkelon ria.

Apa hebatnya mereka dengan leluhur kita sendiri? Abad ke 3 Masehi, peradaban leluhur kita sudah maju lebih pesat daripada mereka. Dengan bukti berdirinya kerajaan Tarumanegara.

Abad ke 8, kita sudah bisa membangun Candi megah bernama Borobudur yang artistik dan dengan tingkat kerumitan arsitektur yang sangat luar biasa.

Ya, Borobudur yang diklaim oleh mereka dibangun oleh si Sulaiman entah orang mana, lewat bantuan jin (Nusantara tidak mengenal jin) adalah benar-benar pembodohan massal untuk mengabaikan kejeniusan bangsa Nusantara kita.

Saat itu juga, kita telah mengenal semboyan Tan Hana Dharma Mangrwa yang menjadi inspirasi Maha Patih Gajah Mada mengucapkan sumpah Amukti Palapanya dengan Bhinneka Tunggal Ikanya.

Uniknya, di saat peradaban bangsa kita sudah bisa melampaui jaman, bangsa gurun justru saat itu hanya bisa bunuh-bunuhan, pemerkosaan, saling perang hanya untuk memperebutkan hartanbOjarahan beserta budak perempuan.

Arsitektur? Ah, bangunan berbentuk kubus saja yang jadi pencapaian besar mereka.Nah, menjadi pantaskah bangsa barbar mengajari bangsa sudah dari dulu mempunyai peradaban besar dengan toleransinya, dengan keselarasan alamnya, dengan unggah-ungguhnya, dan juga dengan memuliakan kaum perempuannya?

Bangun, Brow, bangun. Bangsa yang kehilangan jati diri dan cuma jadi pengekor tidak akan lebih maju, dari bangsa yang diikutinya. Nusantara dulu tidak mengenal jin, karena jin cuma ada di Amerika saja.. Jin Lewis, Lea, Lee, Emba dan lain sebagainya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.