Kolom Ahmad Fauzi: NATION-STATE VS KHILAFAH

Tesis Fukuyama tentang “akhir sejarah” (The End of History and The Last Man: 1989) dengan kemenangan Demokrasi dan Kapitalisme harus bersabar karena Huntington menemukan dialektika baru yang ditulisnya di tahun 1991. Yaitu, The Clash of Civilization. Barat telah menemukan musuh baru dalam wujud Ideologi Islam dan Konfusius.

Islam meski telah dilemahkan, dalam bentuk terpuruknya negara-negara Islam ternyata secara sporadis dan ideologis masih melakukan perlawanan yang tidak sedikit. Salah satunya dalam bentuk doktrin Khilafah.







Demokrasi walaupun memiliki kelemahan besar dan patologi yang mencekam, tetap punya optimisme dan nalar sehat yang berakar dalam Emansipasi Pencerahan yaitu Egalite, Liberte dan Fraternite. Sedangkan Khilafah, walau terlihat kecil tapi penuh semangat berdarah-darah dan dialiri iman yang bersedia mati demi agama dan Tuhan.

Khilafah dalam kategori Durkheimian adalah ideologi yang berusaha mempersatukan manusia dalam ikatan persamaan iman. Islam dalam sejarah awalnya di Mekkah secara revolusioner meruntuhkan solidaritas kesukuan, kekerabatan, ikatan darah dan kebangsaan. Menurut Ibnu Khaldun, sejarah munculnya Islam berusaha menghancurkan Ashobiyah, yaitu ideologi etnis dan kesukuan.

Oleh karena itu, Negara-Bangsa yang berusaha mengikat kesukuan, etnis dan perbedaan agama tentu terancam oleh invasi Islam Khilafah yang hanya mengakui kesamaan iman.

Indonesia adalah negara-kebangsaan yang terdiri dari bermacam macam suku, ras, bahasa dan agama, tentu tidak akan bisa berdampingan dengan ideologi yang hanya mengijinkan satu iman sebagai pengikat persatuan dan persaudaraan.

Masa depan Indonesia nampaknya akan dilalui melalui pertarungan dua bentuk ideologi ini. Yang pertama adalah konstitusi, dan yang ke dua adalah makar dan pembangkangan.









Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.