Kolom Andi Safiah: BISAKAH AGAMA DAN POLITIK DIPISAHKAN?

Menurut saya, sangat bisa jika masyarakat Indonesia memahami fungsi fundamental dari kedua elemen tersebut. Pertama, fungsi dasar dari elemen agama adalah keyakinan ada kekuatan besar di luar diri manusia, kekuatan itu umumnya disebut dengan nama “Tuhan”.

Tuhan inilah salah satu alasan mengapa Agama ada.

Tanpa menghadirkan Tuhan, Agama bisa dipastikan kehilangan spiritnya. Hubungan antara Tuhan dan Manusia jelas sifatnya sangat personal.

Ke dua, fungsi dari elemen politik adalah menyatukan kepentingan-kepentingan personal atau kelompok masyarakat dalam satu wadah besar bernama negara. Lewat sebuah kontrak sosial yang biasa kita kenal dengan nama “Konstitusi”, kontrak sosial ini dibicarakan secara terbuka dengan melibatkan semua elemen yang hidup dalam sebuah Negara.

Pembicaraan dalam membentuk sebuah konstitusi bukan pekerjaan yang gampang. Pikiran terbuka dari semua elemen dibutuhkan agar tercapai sebuah kesepakatan dan kesepahaman bersama sehingga kontrak sosial bisa menjadi semacam simbol pengikat bagi semua elements; sebuah simbol pemersatu sebagai alat perekat dan menjadi pedoman hidup dalam bernegara.

Hubungan antara manusia inilah yang terus menerus mengalami pertumbuhan. Itulah mengapa konstitusi selalu berubah seiring dengan perkembangan zaman. Inilah yang dimaksud dengan dinamika Publik.

Jadi, memisahkan urusan personal (Agama) dan urusan publik (Negara) menjadi sangat penting agar dinamika perjalanan peradaban manusia dalam sebuah negara berjalan dinamis tanpa menghilangkan satu identitas kebangsaan pun.

Itulah yang dimaksud negara sehat, negara yang pikiran rakyatnya terbuka terhadap semua perbedaan (sekuler) sementara urusannya dengan Tuhan juga tidak terganggu karena negara punya tugas utama untuk melindungi keragaman itu sebagai sesuatu yang bernilai tinggi.

Sebagai presiden, Jokowi pernah melemparkan issue pemisahan Agama dengan Negara. Cuman, sekali lagi, issue semacam ini masih dianggap tabu bahkan berbahaya. Padahal sama sekali tidak jika kita mau berpikir terbuka sebagai Bangsa.

#Itusaja!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.