Kolom Andi Safiah: IDEOLOGI NONSENSE VS SEKULARISME

Argumen di balik pertanyaan apakah dengan menghapus Sila Pertama, maka Pancasila akan kehilangan “kesaktiannya”? mari sama-sama kita bongkar akar persoalannya di mana.

Ada dua proposisi yang melandasi prinsip sekularisme.

Pertama, keterpisahan negara dari institusi agama. Ini patent, permanent dan tidak bisa ditawar. Ke dua, kesetaraan warga negara yang beragam agama serta kepercayaannya di mata hukum. Ingat, di mata hukum semua sama. Ini doktrin UUD 45 yang juga tidak bisa ditawar, apalagi dikompromikan.




Keterpisahan antara agama dan negara adalah pondasi sekularisme. Meniscayakan pemeluk-pemeluk agama untuk tidak mencampuri urusan negara, dan memastikan negara tidak mencampuri urusan agama.

Sekularisme melindungi baik orang yang beragama-berkeyakinan atau tidak. Artinya, sekularisme melindungi manusianya, bukan sekedar keyakinannya.

Sekularisme berusaha untuk memastikan dan melindungi kebebasan beragama dan praktiknya bagi semua warga negara, juga melindungi kebebasan untuk tidak beragama atau berkeyakinan.

Sekularisme bukan tentang membatasi kebebasan beragama. Ini adalah tentang memastikan bahwa kebebasan berpikir dan berkeyakinan dilindungi oleh konstitusi melalui instrumen negara.

Soal Pancasila “sakti” atau tidak saya kira bukan menjadi hal yang terlalu penting untuk diperdebatkan, karena konsep sakti itu sendiri sebenarnya tidak memiliki akar pengertian yang memadai.

Negaranya yang perlu disekulerkan, bukan disaktikan, karena kita tidak ingin kembali pada masa otoritarianisme Suharto yang bertahan hingga 32 tahun.

Era Suharto Pancasila bukan hanya sakti sebagai alat pemukul dan pembungkam kebebasan, tapi Pancasila menjadi ideologi yang menyeramkan. Siapa yang berani bersuara melawan rezim Suharto akan hilang tanpa bekas.

Sementara manusia yang hidup di dalamnya mau sekuler-mau-agamis-mau-nasionalis-mau-komunis-mau-liberal-mau-nihilis-mau-scientifict-mau-apa saja silahkan asal tidak melanggar nilai-nilai yang ada di dalam konstitusi.

Jadi, menurut saya, bangsa yang sehat adalah bangsa yang berdiri di atas akal sehat (common sense and common virtue), bukan di atas mitos-mitos “Kesaktian” yang dibuat-buat oleh manusia sakit mental.

#Itusaja!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.