Kolom Andi Safiah: KEBENARAN ILMIAH (Perlu Piknik)

Saya tertarik dengan Quantum Mechanics pertama kali sejak membaca sejarah perdebatan antara Niels Bohr dan Albert Einstein, dimana pada titik krusial mereka berselisih paham secara tajam soal fenomena acak, uncertain dalam dunia quantum yang memang faktual dan apa adanya.

Pertentangan itulah yang mengawali lahirnya berbagai spekulasi tentang alam semesta yang satu. Menurut mereka yang sepakat dengan Quantum Mechanic, alam semesta ini tidak satu (universe), tapi bisa jadi banyak (multiverse).

Pada posisi ini jelas Einstein tidak sepaham. Tapi, manusia sekelas Albert Einstein sekalipun bisa salah dan kesalahan itu dilihat sebagai hal yang biasa saja dalam science, karena mereka memang berpijak di atas data. Bukan pada kebesaran nama seseorang.

Jika diamati, inilah yang menarik dari mental attitude para ilmuan. Mereka doyan berdebat dengan cara brutal tapi honest. Untuk sampai pada level attitude macam itu, memang tidak mudah, butuh perspektif yang maha luas dengan referensi yang juga maha luas.

Richard Feynman secara terbuka menulis bagaimana dunia quantum bekerja :

I think I can safely say that nobody understand quantum mechanics… Do not keep saying to yourself, if you can possibly avoid it, ‘but how can be like that?’ Because you will go ‘down the drain’ into a blind alley from which nobody has yet escape. Nobody knows how it can be like that.

Jadi, jika anda bingung atas realitas dunia yang memang jungkir balik, ngga perlu panik. Pikniklah, agar semuanya berjalan seimbang. Dunia quantum pun demikian adanya dan perlu diingat bahwa yang sentimental dan sakit mental itu kita (manusia) bukan alam (nature).

#Itusaja!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.