Kolom Andi Safiah: KEMANUSIAAN DAN KEBENARAN

“I’m for truth, no matter who tells it. I’m for justice, no matter who it is for or against. I’m a human being, first and foremost, and as such I’m for whoever and whatever benefits humanity as a whole.” ― Malcolm X

Memang tidak mudah berhadapan dengan kenyataan bahwa hari ini kita masih terjebak serius dalam wilayah “Ketuhanan” yang melahirkan persepsi absurd dalam kesadaran banyak manusia Indonesia. -AS

 

Kita seperti dipaksa oleh keadaan, bahwa Indonesia memang dilahirkan sebagai bangsa yang mengedepankan “Tuhan” dari pada “Manusia”, karena tuhan dalam kesadaran bangsa Indonesia adalah tujuan akhir, dan dunia tempat mereka beraktivitas saat ini dicap sifatnya sementara. Tidak heran jika pertentangan atas mana yang utama dalam konteks bernegara menjadi bahan perdebatan yang tidak kunjung beres hingga saat ini.

Ketika orang-orang seperti saya mencoba menjelaskan bahwa Tuhan adalah hanya salah satu produk pikiran manusia, maka serangan bertubi-tubi akan muncul dari berbagai penjuru.




Biasanya, argumen-argumen yang ditampilkan untuk membantah argumen sederhana dari saya lebih banyak datang dari ayat-ayat yang sebenarnya tidak bisa dijadikan dasar kuat untuk memulai sebuah diskursus terbuka. Karena ayat-ayat dalam kitab suci sifatnya sudah final. Sesuatu yang final tidak layak dijadikan rujukan dalam ruang perdebatan Ilmiah. Justru yang menarik adalah ketika sebuah hipotesa diperiksa dengan pendekatan yang terbuka, dengan mengajukan beragam pertanyaan yang sifatnya ‘meragukan”.

Jika proses dialektika ini yang digunakan, maka akan lahir progress sehingga kita tidak selalu terjebak dalam perdebatan yang tidak produktif.

Bagi saya, menempatkan kemanusiaan sebagai spirit utama dalam sebuah negara adalah keniscayaan yang tidak bisa ditawar oleh kekuatan apapun. Penghuni resmi sebuah negara bukanlah Tuhan, tapi Manusia yang terus menerus bergerak dinamis bersama alam. Soal bertuhan adalah soal pilihan dan itu masuk dalam agenda HAM. Manusia bisa menggunakan haknya secara bebas selama tidak menggangu ketertiban umum yang telah disepakati bersama dalam sebuah forum resmi negara.

Menurut pandangan saya, nilai-nilai kemanusiaan perlu dijadikan sebagai spirit utama dalam membangun sebuah bangsa yang sehat. Manusia sebagai sentral dari semua aktivitas berbangsa dan bernegara, sehingga fokus sebuah negara adalah bagaimana melahirkan manusia yang memiliki kapasitas intelektual yang memadai dalam menjawab berbagai tantangan zaman yang terus bergerak dinamis dan cepat.

Jika ini dijadikan spirit utama, maka saya berkeyakinan bahwa Indonesia yang memiliki sumber daya manusia yang luar biasa besar bisa menjadi salah satu motor penggerak peradaban manusia, menuju peradaban cosmic yang tanpa mengenal batas. Karena alam semesta memang tidak mengenal batas. Artinya, kesempatan untuk menjadi bangsa yang luar biasa juga tidak mengenal batas.

Inilah pandangan optimis dari seorang manusia yang kebetulan hidup dalam negara yang masih terjebak dalam pertengkaran tidak produktif soal Tuhan. Padahal, Tuhan tidak pernah tertarik untuk ikut campur dengan urusan manusia sejauh peradaban manusia berjalan di atas planet ini.

Kemanusiaan dan Kebenaran adalah proses yang tidak akan pernah selesai.

#Itusaja!




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.