Kolom Andi Safiah: KRITIK SEIMBANG

Saya memuji kesederhanaan seorang Jokowi, tapi saya selalu menulis kritik soal sikapnya yang terkesan acuh pada problem-problem HAM di Indonesia. Bisa jadi Jokowi tidak mau ribut soal-soal masa lalu. Namun, jika persoalan masa lalu belum dibereskan oleh negara yang kebetulan dia adalah pemimpin negara tersebut, maka jangan heran jika akan selalu ada pertanyaan di sana.

Coba tengok soal Munir. Sampai saat ini kasus Munir belum beres.

Belum lagi kasus pembantaiaan di masa lalu yang sering diprotes oleh kawan saya yang kebetulan menjadi korban dan akhirnya memilih mengasingkan diri dari bangsanya sendiri. Semua opini ini bukan sekedar opini tapi fakta sejarah yang tidak bisa diabaikan begitu saja oleh pemerintahan yang dikasih mandat oleh rakyat.




Jadi, memang, harus tetap berimbang dalam menulis sebuah kritik. Kalau asal ngotot dan melotot saja saya kira tidak akan ada gunanya selain menghabiskan energi sendiri. Ini belum bicara soal arogansi warga negara yang selalu berkumpul atas nama “umat”. Atau pendidikan yang tercemar oleh kotoran langit yang menumpuk di rumah-rumah ibadah dimana jiwa manusia sudah mengering di sana.

Atau problem-problem kebangsaan lain yang masih begitu banyak menumpuk dalam arsip-arsip sejarah. Jika dipikirkan, maka anak yang baru lahirpun kalau bisa memilih mendingan dia lebih baik tidak dilahirkan di negara ini.




Lalu sikap terbaik sebagai warga negara bagaimana? Ambil bagian dalam menjawab PR itu satu-per-satu, karena sibuk menulis kesalahan orang diatas pundak sendiri adalah penyakit turunan yang perlu segera disadari.

#Itusaja!
#BetoooL!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.