Kolom Andi Safiah: PENCERAHAN

Apa sih yang dimaksud pencerahan (enlightenment) menurut Immanuel Kant?

 

Menurut Kant, mereka yang sudah tercerahkan adalah mereka yang secara sadar dan berani menggunakan akal sehatnya secara merdeka dan terbuka tanpa dikontrol oleh kesadaran di luar dirinya. Motto dari pencerahan model Kant adalah “Sapere Aude”, have the courage to use your own reason.

Meminjam pemahaman dari Immanuel Kant, kita bisa menjelaskan beberapa persoalan serius yang dihadapi sebagai sebuah komunitas bangsa.

Pertama problem salah paham akibat paham yang salah, dimana paham yang salah ini telah berubah menjadi “Ideology” yang menabrak akal sehat manusia yang hidup di Republik Indonesia. Terhambatnya proses dialektika akibat begitu banyak hal-hal yang di “tabukan” untuk didiskusikan secara terbuka dalam ruang-ruang publik.




Bukan hanya itu, mereka yang mencoba untuk mengangkat persoalan tersebut di permukaan bisa diancam dengan “pidana”. Bagi saya, di sinilah letak problem yang berulang-ulang kita hadapi, siapapun pemain yang ada di atas panggung.

Lihat saja Issue PKI yang sejak dulu menjadi issue favorit untuk menjatuhkan seseorang yang tampil cemerlang. Sampai saat ini, Issue PKI masih terus digunakan sebagai alat pukul bagi mereka yang secara Ideology berbeda dengan yang memainkan Issue.

Immanuel Kant

Sementara jika kita ingin sampai pada gerbang pencerahan ala Immanuel Kant, maka kita harus berani secara terbuka untuk mendiskusikan berbagai perbedaan yang sudah menjamur dengan pendekatan dialektika historis yang minus sentiment. Kita sebagai generasi baru tidak ingin selamanya terjebak dalam pusaran konflik yang memang sengaja didesain untuk terus-menerus memelihara “ketakutan kolektif” yang sebenarnya bisa ditelusuri akar fundamental masalahnya.

Prinsip keterbukaan ini telah menjadi syarat utama agar era pencerahan segera mampir di republik ini. Kita perlu belajar untuk tidak allergi dengan berbagai perbedaan cara pandang, karena mencoba memonopoli sebuah kebenaran hanya akan melahirkan ‘pertikaiaan’ yang tidak kunjung beres.

Ideologi terbuka perlu dirumuskan kembali, sehingga mereka yang berpaham A tidak besar kepala karena merasa lebih banyak dalam jumlah. Padahal, jika bicara kebenaran, itu semua cuman persepsi yang kita konstruksi sendiri. Membuka ruang bagi Ideology lain untuk tujuan memperkaya wacana keilmuan adalah jalan pencerahan. Sudah saatnya kita berani tampil apa adanya, bukan terjebak pada ketakutan yang memang selama ini menindas pikiran rakyat Indonesia.

Sepere aude, because your mind is everything, what you think your become; so let’s free our mind and star to think Independent base on empirical evidence.

#Itusaja!








Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.