Kolom Arif A. Aji: MEREKA PEJUANG BUKAN PENGEMIS (Beriman yang Memalukan)

Perdebatan tadi di warkop antara adikku dengan seorang teman yang menghujat para atlet yang memperjuangkan nama bangsa dengan prestasi. Ini membuatku agak sedikit terusik dan memanaskan otakku. Dengan dalil sana sini, dia membawa nama Tuhan ke sana ke mari, menyeret agama seenaknya sendiri.

Sehingga aku harus berkata sedikit pedas padanya, seperti ini.

Kau orang beriman, kan? Jika ya, kenapa kamu usil dengan semua itu? Tahu tidak?! Mereka yang kau caci maki itu sedang berjuang untuk harga diri bangsa dengan prestasi. Apapun mereka, bagaimanapun mereka, mereka adalah pejuang demi nama baik dan harga diri bangsanya. Kamu dan semua yang merasa beriman, apa yang kalian bisa lakukan?

Kalian hanya bisa menyalahkan, mengemis pada bangsa membawa nama Tuhan. Kalau kalian beriman pada Tuhan, kenapa tidak minta dan menuntut pada Tuhan kalian? Bukan malah hanya bisa menuntut pada bangsa tanpa ada sumbangsih sama sekali. Bahkan menghujat mereka yang berjuang untuk bangsa.

Kau tahu kalian yang beriman, yang demikian adalah kumpulan manusia hina memalukan. Sadar tidak? Mereka yang berjuang demi eksistensi bangsa dan berpengaruh pada kelangsungan hidup bangsa ini. Kalian yang hanya bisa menuntut malah ribut menyalahkan. Padahal kalian langsung atau tidak juga menikmati hasil perjuangan mereka.

Mereka manusia penuh kreatifitas yang berjuang demi harga diri menuju prestasi. Kalian para manusia kerdil yang hanya bermuatan birahi berujung ejakulasi. Otak mereka adalah suportifitas dan kreasi. Otak kalianlah yang kotor isinya hanya birahi. Sesuai atau tidak mereka bagi kalian, kalian tidak berhak menghukumi mereka. Harga diri bangsa ada di pundak mereka. Bukan di ocehan murahan tentang Tuhan kalian.

Maaf, sadar tidak kalian?! Jika Tuhan kalian masih membuat hatimu tidak tenang dengan perjuangan mereka, maka kalian dan Tuhan kalian naif dan memalukan.

* * * *

Dia memerah dan marah. Aku hanya diam tanpa memandangnya. Dengan datar kukatakan padanya:

“Katakan pada Tuhanmu. Untuk bisa membuatmu lebih terkendali dan membuka matamu supaya lebih universal. Tidak selalu berfikir tentang selangkangan. Seperti yang Tuhanku katakan padaku. Makanya aku tak ngeres sepertimu. Maaf, mereka pejuang bangsa. Jangan seenaknya mencaci. Aku tak bisa diam.”



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.