Kolom Arif A. Aji: SANG PENOLONG

Ketika sebuah idealisme seseorang yang selalu berjuang demi konsekwensi dari sebuah komitmen, yang terjadi adalah sebuah nada kehidupan dari seorang manusia yang terjebak dalam kesendirian. Keberadaan hanyalah sebagai media dari kestabilan kehidupan. Kenapa bisa demikian?

Ketika segelas air dibutuhkan untuk membasuh dahaga manusia, dan lebih pentingnya demi kelangsungan hidup manusia, air itu akan jadi elemen penting bagi hidup manusia.

Selalu dicari dan bahkan sampai diperebutkan. Air itupun akan jadi sebuah mutiara yang paling berharga ketika haus dan dahaga mencekik leher manusia.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya?

Segelas air itu yang menyiram sahara kehausan yang mengancam hidup manusia. Dan manusiapun bisa meneruskan hidup demi orientasi kehidupan. Lalu keberadaan air itu sendiri di mana?

Ada pada setiap gerak manusia. Ada di tiap nafas manusia. Ada di tiap detak nadi manusia. Ada di desiran hati manusia. Selanjutnya, saat semua energi hidup air itu dihisap manusia, ampasnya akan terbuang dan tak dibutuhkan lagi berwujud kencing yang keluar dari tubuh manusia. Selanjutnya terbuang kembali ke alam, karena tak lagi dibutuhkan.

Dan menerima semua semua proses alam yang akan mengolahnya. Air itu tak akan pernah berada di sisi para manusia. Dia hanya bersama alam di kanvas semesta.

Apakah air adalah penolong manusia? Bukan. Air itu adalah elemen penting dari alam untuk kehidupan. Lalu apa para manusia menyadari apa dan bagaimana tentang air itu sendiri? Tidak. Yang mereka tahu air adalah alat untuk hidup mereka. Dan akan dicari saat dibutuhkan. Dan akan dibuang saat tak lagi dibutuhkan untuk hidup mereka.

Andai air itu bukan elemen utama hidup manusia, naluri manusia tak akan memburunya. Karena itu adalah subtansi dari konsep hidup manusia.

Kembali pada materi awal tentang seseorang yang idealis untuk komitmen dalam kehidupannya, dia adalah sinonim dari literasi proses air yang tertulis di atas. 
Dia hanya alat alam untuk kehidupan, karena hidupnya adalah energi hidup bagi manusia. Dia akan tetap diburu. Bahkan disanjung, dipuja, karena dia sangat dibutuhkan.

Tentang dia sendiri, dia hilang tertelan dalam semua dimensi hidup manusia. Yang pasti dia akan terbuang, ketika dia sudah tak lagi dibutuhkan. Dan kembali pada keberadaannya bersama alam. Dan menjalani proses dari alam itu sendiri.

Kalau dia adalah Sang Penolong, dia terabaikan dari para manusia yang selama ini ada karena energi hidupnya, meninggalkannya demi menikmati kehidupan mereka sendiri. Setelah itu mereka akan kembali lagi ketika mereka membutuhkannya kembali, selanjutnya hal yang sama terjadi berulang-ulang.

Dia Sang Penolong yang tak pernah tertolong. Dan selalu ada figur figur seperti ini dalam kehidupan manusia. Figur utusan dari alam untuk menjaga kestabilan hidup manusia. Mandataris alam untuk kehidupan manusia. Supaya keseimbangan keduanya tetap terjalin.

Tumbuh dan tumbang lalu tumbuh lagi silih berganti orang-orang pilihan dari alam ini, selama dinamika kehidupan manusia masih berdampingan dengan alam di satu semesta raya ini.

Bagaimana nasib orang-orang ini? Sama dengan nasib Sang Air. Keberadaannya adalah bagian dari siklus hukum alam. Dia tak berhak tentang orientasi hidup manusia yang menganugerahi sebuah dunia pada tiap nafas para manusia. Dia tak akan pernah bertemu kematian karena hidupnya sendiri dia jadikan energi hidup para manusia.

Dia akan berawal dari akhir keberadaannya. Dan berakhir pada awal keberadaannya yang baru. Dan seterusnya. Dan terkondisi dengan sistem ini selamanya. Dan akan selalu ada dalam semua dimensi hidup manusia sebagai bentuk elemen utama kehidupan manusia.

Kutukan terindah seseorang yang ada dalam dinamika sistematis kehidupan seperti ini. Sangat dibutuhkan setelah dibuang. Pasti terbuang setelah memenuhi kebutuhan.

Selanjutnya dia akan hanya berakhir jadi kisah dalam peradaban manusia. Hingga dia benar benar dilupakan, walaupun energi hidupnya tetap abadi eksistensinya sebagai elemen utama kelangsungan hidup manusia. 

Andaipun tersisa, hanya tinggal nama sebatas kenangan, yang juga selanjutnya akan terbenam di bawah tumpukan sejarah kehidupan manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.